Iran-Arab Saudi Seteru Lama, Hadirkan Wacana Pemulihan Bilateral
Upaya perdamaian dunia menjadi dambaan setiap negara. Sayangnya, ketegangan lama tetap menjadi masalah bagi memanasnya situasi di Timur Tengah. Faktanya, Iran dan Arab Saudi merupakan seteru bebuyutan yang belum tercairkan hubungannya hingga kini.
Di tengah pelbagai imbauan solidaritas global di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir, ada kabar menarik dari Timur Tengah.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amir Abdollahian menyatakan, Teheran siap memulihkan hubungan dengan Arab Saudi kapan saja.
Sebab, kata dia, Teheran meyakini pada pentingnya menciptakan dialog regional yang luas. Bahkan, selain mencakup Saudi, juga dengan Mesir dan Turki untuk menyelesaikan masalah kawasan itu.
"Dialog dengan Saudi positif dan konstruktif, dan dalam beberapa hari perwakilan Iran untuk Organisasi Kerja Sama Islam akan kembali ke Jeddah, yang merupakan langkah positif," kata Abdollahian seperti dilansir dari laman Middle East Monitor, dikutip Rabu 12 Januari 2022.
Arab Saudi, kata dia, menginginkan dialog dengan Iran dengan hanya berfokus pada hubungan bilateral.
Respon Menlu Arab Saudi
Menteri Luar Negeri Saudi Faisal Bin Farhan mengatakan, Arab Saudi terbuka untuk Iran.
"Dengan syarat bahwa Iran menanggapi kekhawatiran Arab terkait dengan keamanan dan stabilitas kawasan," kata Farhan saat konferensi pers dengan mitranya dari Yordania, Ayman Safadi, di Amman.
Faisal bin Farhan mengatakan, dia telah berdiskusi dengan Safadi tentang peran destabilisasi yang dimainkan Iran di dunia Arab.
Pembicaraan langsung diadakan tahun lalu antara Teheran dan Riyadh dalam upaya untuk mencapai rekonsiliasi setelah beberapa dekade persaingan regional.
Pada Agustus tahun lalu, Irak mengumumkan bahwa negaranya telah menjadi tuan rumah serangkaian dialog rahasia.
Yordania juga mengumumkan bahwa negaranya menjadi tuan rumah beberapa pembicaraan penting.
Sementara itu, Amerika Serikat telah menyatakan dukungannya untuk upaya tersebut. Dialog tersebut banyak dilihat sebagai langkah menuju solusi ketegangan yang disebabkan oleh tujuan Iran dan Saudi untuk memperluas pengaruh mereka di kawasan.
Itu, melalui kelompok kelompok proksi. Kedua negara secara resmi memutuskan hubungan satu sama lain pada tahun 2016.
Ketegangan regional itu secara halus terlihat di Lebanon, Suriah, dan Irak. Mereka mengakibatkan konflik fisik di Yaman di mana koalisi pimpinan Saudi telah memerangi kelompok Syiah Houthi yang didukung Iran sejak tahun 2015.
Pada Oktober 2021, muncul laporan bahwa pemerintah Iran dan Arab Saudi berencana membuka kembali konsulat di negara masing-masing selama beberapa pekan berikutnya.
Namun, selama berbulan-bulan, pembicaraan gagal menghasilkan kemajuan. Desember 2021, Iran mengakui bahwa tidak ada perkembangan dalam dialog.
Advertisement