Irak Lumpuh Akibat Badai Pasir, Fakta Mendebarkan Warga
Cuaca ekstrem menghantui kawasan Timur Tengah. Otoritas penerbangan Irak menutup sementara operasional bandara internasional Baghdad karena badai pasir, sejak, Senin 13 Juni 2022.
Tidak hanya bandara, badai pasir yang melanda Irak kali ini melumpuhkan Irak seraya memperingatkan perubahan iklim menyebabkan fenomena ini sebagai ancaman eksistensial. Warga negeri tersebut pun berdebar-debar akibat kondisi alam yang mengganggu ini.
Sejak pertengahan April lalu, ada sekitar 10 badai pasir yang melanda Irak. Situasi ini diperparah karena degradasi tanah, kekeringan, serta rendahnya curah hujan akibat perubahan iklim.
Awal bulan ini, Presiden Irak, Barham Saleh, memperingatkan bahwa perubahan iklim harus menjadi prioritas nasional. “(Isu mengenai perubahan iklim) harus menjadi prioritas nasional bagi Irak karena merupakan ancaman eksistensial bagi masa depan generasi kita yang akan datang,” kata Barham Saleh sebagaimana dilansir Arab News, Rabu 15 Juni 2022.
Debu Berwarna Putih
Pada Senin pagi, debu berwarna putih dan tebal menutupi ibu kota Irak dan sekitarnya, tidak terkecuali berkurangnya jarak pandang hingga beberapa ratus meter. Tidak lama setelahnya, otoritas bandar mengumumkan penangguhan penerbangan dari dan menuju Baghdad.
Di Najaf, sebuah kota suci Syiah di Irak Tengah, otoritas bandara menghentikan sementara operasionalnya pagi ini sebelum kembali dibuka beberapa jam kemudian.
Arab News melansir mayoritas otoritas bandara di Irak menangguhkan sejumlah penerbangan dalam rentang beberapa pekan terakhir.
Pada bulan Mei, badai pasir mengirim ribuan warga ke rumah sakit karena masalah pernapasan hingga menyebabkan satu orang meninggal.
Perserikatan Bangsa-bangsa telah mengingatkan Irak untuk mewaspadai situasi dan kondisi saat memasuki musim panas. PBB menyebut Irak sebagai satu dari lima negara paling rentan terhadap perubahan iklim gurun. Bahkan, musim panas ini membuat suhu rata-rata di Irak melampaui 50 derajat Celcius.
Kementerian Lingkungan Irak telah memperingatkan, dalam rentang dua dekade ke depan, wilayah tersebut akan mengalami badai pasir sebanyak 272 hari dalam setahun. Angka ini akan meningkat menjadi di atas 300 hari dalam setahun pada tahun 2050 mendatang.
Advertisement