Iptek di Dunia Islam Tertinggal, Kecelakaan Sejarah?
Di samping iman dan takwa, pendidikan Islam harus berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ketertinggalan Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan konsekuensi dari kecelakaan sejarah di masa lampu.
Pada abad kesepuluh dan sebelas (945-1055 M), dunia Islam dikuasai kalangan Syiah. Selama 110 tahun Dinasti Buwaihiyah yang bersekte Syiah ini mengendalikan istana Kekhialifahan Abbasiyah. Pada waktu itu, Khalifah tak lebih dari sekadar simbol legitimasi politik, sementara tampuk kekuasaan yang sesungguhnya dikendalikan para amir di bawah Dinasti Buwaihi.
Sementara di luar istana Abbasiyah, berdiri megah Dinasti Fatimiyah. Setelah mereka berhasil menguasai sebagian kawasan Afrika Utara bahkan sempat mendiami tanah Haram di Madinah, tujuan selanjutnya dan paling utama adalah menguasai Baghdad yang menjadi pusat kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Berkali-kali mereka melakukan propaganda, baik dengan aksi teror maupun debat terbuka.
Setelah 110 tahun Kekhilafahan Abbasiyah dikendalikan Dinasti Buwaihiyah dan berada di bawah bayang-bayang Dinasti Fatimiyah, pergerakan mereka secara politik perlahan mulai meredup. Kondisi ini kemudian dimanfaatkan Dinasti Saljuk dari Turki untuk menguasai Baghdad, dan meneguhkan kembali dominasi Sunni di seluruh wilayah Kekhilafahan Abbasiyah.
Menurut Ketua PP Muhammadiyah Syamsul Anwar, mengingatkan, dalam upaya menghapus paham Syiah di lingkungan Abbasiyah, penguasa Dinasti Saljuk Nizham al-Mulk mendirikan lembaga pendidikan di berbagai kota besar Abbasiyah, termasuk Baghdad, Nishapur, Isfahan, Mosul, dan Basrah. Dengan nama Madrasah Nizhamiyah. Sebagai respon terhadap paham Syiah, Madrasah Nizhamiyah lebih menekankan pada pembelajaran agama, terutama yang beraliran teologi Asy’ariyah dan bermazhab fikih Syafii.
Menurut Syamsul, di sinilah letak kecelakaan sejarahnya, yaitu: Madrasah Nizhamiyah tidak didesain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan umum. Lembaga pendidikan itu jelas bercorak Sunni dan diarahkan untuk menentang ajaran Syiah yang sempat dibawa para punggawa Dinasti Buwaihiyah dan Fatimiyah. Porsi pembelajaran ilmu agama lebih besar daripada kajian ilmu-ilmu umum.
“Kecelakaan sejarahnya ialah madrasah-madrasah itu tidak mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Akhirnya kata Imam Al Ghazali, cari dokter yang muslim aja susah. Karena itu, apa yang disebutkan dalam Risalah Islam Berkemajuan adalah kita perlu mengejar ilmu pengetahuan,” ujar Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini.
Advertisement