Intoleransi Semakin Tinggi, Pancasila Masih Sebatas Retorika
Uskup Agung Keuskupan Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo, menyatakan keprihatinannya bahwa intoleransi dari tahun ke tahun terus meningkat. Padahal bangsa Indonesia memiliki dasar dan ideologi negara yang ampuh, untuk menumbukan rasa kesetia kawanan dan untuk menangkal intolerensi.
"Nyatanya, intoleransi kian mencekam dalam kehidupan masyarakat kita" kata Uskup Agung Jakarta dalam jumpa pers setelah memimpin misa pontifikal di Gereja Katedral Jakarta Rabu 25 Desember.
Menurut Uskup Agung, ini artinya Pancasila masih sebatas dipidatokan atau retorika, belum diikuti dengan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Intoleransi saat ini sudah menjerat ke masalah Suku, Agama, dan Rasialis (SARA ) secara merata.
Akibatnya, hanya karena persoalan sepele dua kampung bertetangga bisa tawuran, bangunan rumah dan fasilitas umum dirusak. Kalah adu merpati, berselisih soal parkir dan adu pandang, nyawa bisa melayang.
"Contoh ini bukan hanya dari pengamatan saya tapi juga merujuk pada pemberitaan di media massa serta hasil penelitian para ilmuwan," kata Uskup Agung yang merangkap sebagai Ketua Konferensi Gereja Indonesia (KWI).
Dalam pengamatan Uskup Agung, sikap tenggang rasa juga semakin tergerus oleh sikap egois. Hanya karena salah omong saja, dilaporkan ke polisi, sehingga urusannya jadi panjang dan banyak energi yang terbuang percuma.
"Kalau cuma salah omong, sebenarnya bisa diselesaikan dengan cukup dengan saling memaafkan. Karena semakin menipisnya toleransi, sehingga senang kalau melihat kawannya berurusan dengan polisi," katanya.
Uskup Agung juga mengkritik sikap pemimpin yang tidak bisa dijadikan panutan bagi rakyat. Contohnya berapa pimpinan lembaga, kepala daerah, anggota DPR, DPRD naupun aparat penegak yang terjerat korupsi melalui OTT KPK.
"Kalau kasus seperti yang diperlihatkan terus menerus oleh seorang pemimpin kepada rakyat, lalu tauladan macam apa yang bisa dicontoh oleh rakyat," tanya Uskup Agung.
Sementara waktu memimpin kebaktian Agung menyambut perayaan Natal, Uskup atas nama umat Kristiani, khususnya umat Katolik di Indonesia, ikut menyampaikan duka cita yang mendalam atas musibah tsunami di Selat Sunda yang menerjang Pantai Carita, Pandeglang dan Lampung Selatan. Ia berseru, agar umat saling membantu. (asm).