Menikmati Penyetan di Tengah Keindahan Bunga
Sore itu pukul 15.00 WIB, angin semilir sepoi-sepoi menyapu sejuknya suasana di tengah ratusan bunga di Warung Bunga milik keluarga Nur Lailatul, warga Jombang. Pengunjung pun betah berlama-lama, apalagi, di kelilingi hamparan sawah nan hijau serta rimbunnya kebun salak di samping warung.
Warung yang berlokasi di Dusun Jatirejo, Desa Jatirejo, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang adalah sebuah warung makan berbentuk bangunan joglo dari bambu dan triplek. Warung ini didesain oleh Purwanto, ayah dari Nur Lailatul, yang juga seniman relief taman.
Lahan warung seluas 30 x 14 meter ini dipenuhi sekitar 700 tanaman lebih. Di antaranya kaktus, anggrek, lidah buaya, dan kamboja. Selain itu tampak pula kolam kecil berisikan ikan nila dan mujaer.
“Ini semua desain ayah saya. Beliau seniman relief taman,” kata Nur Lailatul kepada Ngopibareng.id, Senin, 29 Juni 2020.
Awal mula warung itu tempat jual beli tanaman bunga. Lalu banyak warga sekitar yang sering nongkrong dan rapat di dua gubuk bambu didekatnya menyarankan untuk membuka warung makan. Akhirnya lahan yang semula berisi perkebunan salak itu disulap menjadi warung.
“Ini awalnya untuk menjual bunga. Lalu, banyak anak muda dan perangkat desa nongkong-nongkrong dan adakan kegiatan rapat, akhirnya mereka menyarankan membangun warung dan kami merealisasikan,” katanya.
Sejak berdiri pada tahun 2019, setiap hari banyak mahasiswa dan pegawai pemerintah mampir untuk makan, mengerjakan tugas, maupun rapat.
“Biasanya banyak mahasiswa dan anak pondok datang. Orang dinas juga sering mampir. Ada yang sebatas nongkrong, mengerjakan tugas, rapat ataupun menikmat kuliner penyetan kami,” katanya.
Perempuan yang akrab disapa Lela menyebutkan menu makanan yang disajikan bernuansa khas pedesaan. Salah satu yang menjadi menu andalan adalah penyetan dengan berbagai macam lauk.
Menu ini dipilih karena berasal dari bahan segar dan tidak perlu menghangatkan. Untuk setiap porsi dibanderol Rp10 ribu. Sedangkan, minumannya dibanderol dari Rp3 ribu hingga Rp5 ribu.
“Makanan paling favorit penyetan. Harga Rp10 ribu itu cocok untuk pelanggan kami yang mayoritas anak pondok dan anak kuliah, murah dan standar. Dan mereka sangat suka karena ikannya fresh, bukan masakan kemarin,” katanya.
Selain asrinya pemandangan, pengunjung betah lama-lama di warung karena pemilik menyediakan wifi gratis. Apalagi, pemilik menyediakan colokan listrik di berbagai sudut warung.
Semenjak ada pandemi covid, warung Lela tutup selama dua bulan lebih. Baru-baru ini ia mencoba untuk buka lagi, tapi akhirnya tutup lagi karena sepi pengunjung.
Sejak adanya wabah corona, usaha warungnya sepi. Sehingga harus alami kerugian. Dalam sehari hanya mampu mendapat penghasilan tidak lebih dari Rp100 ribu. Ini berbeda sebelum Corona. Dalam sehari bisa meraup untung Rp700 ribu.
Lela mencoba untuk bangkit dan membuka pada pertengahan Juni 2020 untuk memperbaiki perekonomian.
“Sejak wabah corona penghasil menurun drastis, maklum karena pelanggan kami banyak anak-anak pondok dan mahasiswa. Pas corona mereka kan dipulangkan, jadi warung saya sepi,” katanya.
Saat ini, meski masih sepi Lela bertahan untuk terus buka. Soal harga tidak berubah. Hanya porsi nasi dan lauk dikurangi.
"Kami nekat buka karena tidak ada lain penghasilan kita. Ada usaha lain yaitu jualan bawang merah goreng dan bunga tapi sepi,” katanya.