Internasionalisasi Muhammadiyah, Ini Strategi Haedar Nashir
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan, Muhammadiyah selalu punya komitmen tinggi terhadap Indonesia. Yakni, menjadi Indonesia sesuai dengan yang dicita-citakan para pendiri bangsa sebagai negeri yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
"Tapi juga bisa membawa peran, pesan dan nilai-nilai Keindonesiaan di luar negeri. Artinya Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) harus menjadi duta Indonesia lewat Muhammadiyah,” ujar Haedar Nashir, dalam keterangan Senin 7 September 2020.
Ia pun mengungkapkan langkah dan stategi ke depan Muhammadiyah. Termasuk di antaranya, perjuangan untuk Internasionalisasi Muhammadiyah sebagai bagian cita-cita para pendirinya.
Melalui pengabdian para tokoh Muhammadiyah seperti Kiai Dahlan, Nyai Walidah, Soekarno, Ki Bagus Hadikusumo, Soedirman, Djuanda dan lainnya terhadap bangsa sejak Indonesia belum merdeka hingga lahirnya dokumen Negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah tahun 2015.
Muhammadiyah, bagi Haedar, sudah selesai memposisikan antara Islam dan Keindonesiaan sehingga tugas Muhammadiyah sekarang adalah membangun Indonesia dan mewujudkan Islam sebagai rahmat ke seluruh alam.
“Membawa misi Keindonesiaan itu sesuatu yang DNA-nya kita Muhammadiyah. Teman-teman PCIM harus belajar dari pemikiran Kiai Dahlan dan Soekarno. Jangan sebaliknya justru konservatif. Itu bukan DNA-nya Muhammadiyah,” pesan Haedar agar warga PCIM banyak mempelajari gagasan para tokoh nasional Muhammadiyah.
Hal senada diungkapkan Haedar Nashir saat membuka secara virtual Musyawarah PCIM Jerman Raya, Sabtu 5 September 2020.
Setelah berhasil membumikan gerakan pencerahan dengan baik di Indonesia selama satu abad, Muhammadiyah di usia abad kedua mulai melangkah untuk menyebarkan gagasan Islam Berkemajuan ke luar negeri.
Data tahun 2018, Muhammadiyah tercatat memiliki 23 PCIM yang tersebar di lima benua. Di tengah kecenderungan ekstremitas beragama, Muhammadiyah dalam rangka internasionalisasi nilai Islam Berkemajuan menurut Haedar mulai membangun sekolah Muhammadiyah baik di Australia, Mesir hingga usaha mendirikan Universitas Muhammadiyah di Perlis Malaysia, termasuk menerjemahkan berbagai buku pemikiran Muhammadiyah ke berbagai bahasa.
“Itu yang perlu menjadi komitmen, karena itu PCIM harus menjadi duta Indonesia yang platformnya adalah negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah. Kedua, PCIM harus menjadi duta organisasi untuk memajukan dunia,” jelasnya, seperti dilansir muhammadiyah.or.id.
Turut menyambut Musyawarah PCIM Jerman Raya, Wakil Dubes Jerman Raya Yul Edison berpesan agar kader Persyarikatan mampu membawa semangat pembaruan yang penuh dengan kemaslahatan.
“Kami mengharapkan PCIM bisa memberikan kontribusi pemikiran positif bagi kemajuan bangsa dan negara dan kami juga berharap munculnya tokoh-tokoh besar, sebagaimana banyak tokoh Muhammadiyah yang menjadi tokoh nasional,” tuturnya.