Integrasi Agama dan Kemanusiaan, Wajah Pemberdayaan Muhammadiyah
Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, M. Nurul Yamien dalam sambutan Pembukaan Pelatihan Fasilitator Baca Al Qur’an Difabel Netra dan Netra, Sabtu, 18 Desember, mengatakan, Muhammadiyah sejak awal berdirinya berkomitmen kuat dalam pendampingan kelompok dhuafa mustadh’afin.
Melihat realitas munculnya kelompok-kelompok lemah, Yamien menyebut diantaranya disebabkan oleh faktor kultur dan lebih-lebih faktor struktural.
MPM sebagai salah satu majelis di Muhammadiyah, memiliki garis genealogi kelahiran yang jelas, yakni perwujudan atas teologi Al Ma’un.
Lebih spesifik Yamien menjelaskan, hasil dari Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar diantaranya adalah dakwah komunitas, dan kelompok difabel menjadi bagian itu. Intensitas pemberdayaan yang dilakukan oleh MPM PP Muhammadiyah terhadap kelompok difabel memiliki urgensi, sebab kelompok difabel kerap dipinggirkan. Bahkan, data yang dihimpun oleh BPS tentang difabel saja belum pasti.
“Barangkali permasalahan kelompok difabel lebih dalam dari yang kita ketahui. Insyaallah Muhammadiyah komitmen untuk keberdayaan kaum difabel. MPM selaku pendamping difabel, tidak menempatkan difabel sebagai obyek perubahan melainkan dari subyek perubahan,” tuturnya.
Permasalahan sosial kelompok difabel adalah masalah bersama. Maka Yamien mengajak, gerakan Pemberdayaan sebagai gerakan kerisalahan sebab tidak bisa dipungkiri, gerakan Pemberdayaan MPM memiliki basis teologis yaitu agama Islam. Selain itu, Pemberdayaan juga berangkat dari sisi kemanusiaan. Artinya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Muhammadiyah merupakan integrasi dari keagamaan dan kemanusiaan.
Nafas Panjang Jihad
“Jihad kemanusiaan ini memerlukan nafas panjang, energi panjang, dan kerjasama dari berbagai pihak,” tutur Yamien.
Oleh karena itu Yamien mengapresiasi Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yang tergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dari berbagai universitas di Yogyakarta yang merelakan dirinya untuk gerak bersama untuk pemberdayaan masyarakat.
Menurutnya, langkah pemberdayaan yang dilakukan oleh angkatan muda merupakan tonggak keberpihakan kepada masyarakat tertindas.
Dalam acara yang digelar kolaboratif dengan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LazisMu) Pusat diikuti sebanyak 31 fasilitator, dan perwakilan kelompok difabel dari Ikatan Tuna Netra Muslim Indonesia (ITMI), Gergatin, Ikhwanul Qolbi, dan JBI.
Advertisement