Intan Box, Alat Penetasan untuk Tingkatkan Populasi Penyu Jantan
Dua kotak persegi panjang warna putih tampak di sebuah ruang, pada sore di Kota Banyuwangi. Kotak ini tampak mencolok di antara beberapa lemari yang ditata rapat ke dinding. Masing-masing kotak memiliki label berbeda. Satu bertuliskan Intan Box dan berlabel Yosi Box.
Seorang pria setengah baya beranjak menuju ke salah satu kotak di ujung ruangan. Wiyanto Haditanojo, 65 tahun, nama pria itu. Dia dikenal sebagai pendiri sekaligus Pembina Yayasan Penyu Banyuwangi atau Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF). Ruangan itu adalah sekretariat BSTF yang berada di Jl. KH Wahid Hasyim nomor 42, Banyuwangi.
Sesaat kemudian, Wiyanto membuka daun jendela di bagian depan kotak. Saat daun jendela terbuka terlihat beberapa toples yang tersusun rapi. Toples bening itu berada di balik dinding kaca. Dalam toples tertata rapi telur penyu. “Ini Intan Box, alat menetaskan telur penyu,” jelas Wiwit, panggilannya.
Sembari bercerita, Wiwid menunjuk Intak Box, yang merupakan nama pendek dari inkubasi buatan. Intan Box adalah alat penetasan telur penyu hasil karyanya. Alat penetasan telur penyu tanpa pasir ini dibuatnya pada pertengahan tahun 2021 lalu. Sebenarnya keinginan membuat alat penetasan telur penyu tanpa pasir sudah lama dibenaknya.
“Mulai awal, Saya sudah membuat penelitian amatiran mengenai penetasan tanpa pasir. Mulai 2017 sudah ada pemikiran untuk itu. Tapi masih belum terpikir membuat kotak ini,” beber ayah dua anak ini.
Seiring berjalannya waktu, Wiwit yang aktif membantu penetasan telur penyu dari sarang di beberapa pantai Banyuwangi, ini, merasa prihatin dengan minimnya penyu jantan dari telur yang menetas. Sebab, telur penyu yang menetas di alam maupun dari semi alami didominasi penyu betina.
Wiwit menuturkan, dirinya pernah membaca salah satu laman soal hasil penelitian yang dilakukan di Australia tentang penetasan penyu. Global warming, menurutnya, membuat telur penyu yang menetas 95 persen berjenis kelamin betina. Padahal penyu betina membutuhkan 4 sampai 6 pejantan untuk membuahi telurnya. “Dari situ saya punya ide untuk membuat Intan Box ini. Agar supaya kita bisa menetaskan jenis kelamin jantan,” ungkapnya.
Ide awal pembuatan Intan Box muncul sekitar bulan Agustus 2021. Kala itu dia langsung meminta salah satu pegawainya untuk membuat kotak dari kayu. Dia juga menghubungi kenalannya guna merangkai peralatan elektronik untuk kebutuhan pembuatan Intan Box.
Begitu selesai, alat ini langsung diuji coba bersama tim dari Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga. Dan terbukti, pada Desember 2021 Intan Box berhasil menetaskan telur-telur penyu. “Pada 2021, Desember, kita melakukan percobaan pertama dengan Intan Box bersama UNAIR untuk penelitiannya, kok berhasil menetas dengan baik,” terangnya.
Pada saat itu, Wiwid menyebut, temperatur yang ada pada Intan Box masih agak sedikit kacau. Suhunya masih sering plus minus, naik turun. Namun, pada Intan Box yang kedua temperaturnya stabil sudah stabil pada kisaran 27,5-29 derajat celcius dengan kelembapan sekitar 80 persen.
Selain tidak memerlukan pasir sebagai media penetasan, Intan box karya Wiwit memiliki beragam kelebihan. Dari sisi desain, Intan Box sangat portabel. Berbentuk persegi panjang dengan dimensi yang cukup kecil. Panjang 120 cm, lebar 60 cm dan tingginya 40 cm.
Meski ukurannya tidak besar, kotak ini mampu menampung 60 toples telur. Masing-masing toples berisi 15 sampai 18 butir telur. Tergantung besar kecilnya telur penyu yang didapatkan.
Di bagian luar terdapat kaca yang ditutup dua daun jendela. Kaca ini memberikan kemudahan untuk melihat ke bagian dalam Intan Box. Pada bagian atas, terdapat papan yang bisa dibuka tutup. Fungsinya untuk memasukkan dan mengeluarkan telur yang akan ditetaskan.
Intan Box ini didesain kedap terhadap perubahan suhu di luar kotak. Sehingga suhu dalam Intan Box tetap stabil sesuai dengan yang diinginkan. Terdapat sebuah kontrol panel di bagian samping Intan Box ini. Lengkap dengan layar digital yang menunjukkan suhu dan kelembapan di dalam Intan Box. “Fungsi kontrol panel ini untuk mengatur suhu dan kelembapan dalam Intan Box selama proses inkubasi,” bebernya.
Pada bagian dalam, terdapat lampu pijar. Gunanya untuk membantu pengaturan suhu. Juga terdapat sebuah tabung yang mengeluarkan uap air. Tabung ini terhubung dengan kontrol panel yang ada di bagian luar.
Dalam Intan Box ini juga dipasang CCTV. Sesuai fungsi dan kegunaannya, CCTV ini untuk memantau telur selama masa inkubasi berlangsung. Dengan teknologi ini, memungkinkan pemantauan dilakukan secara online. “CCTV ini bisa dipantau secara online dari telepon pintar kapanpun dan dimanapun asal ada internet,” ungkapnya.
Untuk Mendorong Tingkat Kelahiran Tukik Jantan
Salah satu tujuan Wiwit membuat Intan Box adalah meningkatkan tingkat kelahiran penyu jantan. Berdasarkan literatur yang pernah dibacanya, dia menyebut penetasan di alam maupun penetasan semi alami didominasi penyu betina. Ini akibat terjadinya pemanasan global. Angkanya tidak main-main. 95 persen telur penyu yang menetas berjenis kelamin betina. Satu sisi, penyu betina membutuhkan 4 sampai enam pejantan untuk membuahi telurnya dalam satu musim kawin.
Pria yang lahir pada 28 Agustus 1957 ini pada tahun 2020 pernah melakukan penelitian untuk mengecek suhu di dalam sarang alami dan semi alami saat proses penetasan telur penyu. Kala itu penelitian juga dilakukan bersama pihak Universitas Airlangga. “Di sarang alami temperaturnya sampai 34 derejat celcius, jadi terlalu panas. Sedangkan semi alami antara 31 derajat celsius, jadi masih panas,” jelasnya.
Dengan menggunakan Intan Box, suhu dikunci dalam kisaran 27,5 sampai 29 derajat celcius. Sehingga proses penetasan penyu menjadi lebih lama yakni diatas 60 sampai 65 hari. Karena suhu di dalam Intan Box lebih dingin sehingga penetasannya lebih lambat. “Kalau penetasan alami atau semi alami itu umur 45 sampai 47 hari sudah menetas,” jelasnya.
Dia menuturkan, jika waktu lebih lama, diprediksi telur yang menetas akan menjadi tukik atau penyu jantan. Namun menurutnya, pendapat ini belum dibuktikannya secara langsung. Karena pada tukik usia di bawah 4 bulan, jenis kelaminnya belum terlihat secara kasat mata. “Butuh waktu, ini saya besarkan dulu. Nanti setelah umur 4 sampai 5 bulan kita lihat karena pada umur itu baru kelihatan jenis kelaminnya. Kalau dibawah umur itu tidak kelihatan secara kasat mata,” bebernya.
Saat ini sudah ada 3 unit Intan Box yang dimiliki BSTF. Satu di Sekretarian BSTF di Jl. Wahid Hasyim nomor 42, di SIKIA Universitas Airlangga dan di Pantai Cemara. Dia bersyukur, pada penetasan yang pertama yakni Desember 2021 bisa mencapai 100 persen. Jika dirata-rata, dari tiga Intan Box yang ada, tingkat penetasannya sangat tinggi. “Kalau itu semua diakumulasi kira-kira 90 persen keatas, masih lebih bagus dibanding semi alami,” ungkapnya.
Yolk Bersih atau Yosi Box
Selain Intan Box, Wiwit juga menjelaskan tentang Yosi Box yang ada di Sekretariat BSTF. Yosi Box ini merupakan kependekan dari yolk bersih. Yolk ini merupakan kantung kuning telur dan sering kali masih muncul pada tukik yang baru menetas.
Dari sisi bentuk, Yosi Box sama Intan Box. Hanya saja peralatan yang digunakan dalam Yosi Box lebih sederhana dibanding yang ada pada Intan Box.
Menurut Wiwit, dengan penetasan menggunakan Intan Box, kelembapan setelah telur penyu menetas menjadi tinggi. Ini karena penetasan di Intan Box tidak menggunakan pasir. Sehingga ada beberapa tukik yang yolk-nya masih besar. Nah, Yosi Box ini membantu mempercepat proses penyerapan yolk yang masih tersisa. “Saya buat Yosi Box agar setelah menetas, tukik yang yolk-nya masih besar saya terapi di Yosi Box supaya cepat terserap, sehat dan siap untuk dilepasliarkan,” jelasnya.
Yolk atau kantong telur pada tukik hasil penetasan harus segera diserap atau dihilangkan. Jika dibiarkan yolk ini akan semakin membesar. Kondisi ini bisa membuat tukik tidak sehat. Biasanya jika penyerapan yolk-nya tidak maksimal maka tukik tersebut itu tidak bisa bertahan di alam saat dilepasliarkan.
Yosi Box ini juga bisa membantu memberikan terapi pada tukik yang masih terjebak di cangkang telur saat proses penetasan di Intan Box selesai. Dengan terapi dalam intan box, tukik dapat segera keluar dari cangkang dan bergerak aktif.
Dengan Yosi Box ini, jika ada tukik yang kantung kuning telurnya masih besar, maka tukik tersebut langsung dipindahkan ke Yosi Box untuk dilakukan terapi. Yosi Box ini sangat efektif membantu penyerapan yolk. Di alam untuk penyerapan yolk butuh berhari-hari, dengan Yosi Box bisa dilakukan dalam hitungan jam. “Kalau di alam, yolk ini hilang antara 3 sampai 4 hari, kalau di Yosi Box hanya dalam hitungan jam,” katanya.
#Intan Box #Yosi Box #Telur Penyu #BSTF
Advertisement