Inovasi Racikan Nasi Krawu ala Lamongan, Bukan Gresik
Maraknya bisnis kuliner, terkadang menjadikan masakan khas daerah tertentu tidak lagi hanya bisa didapatkan di daerah asalnya.
Karena di daerah lain juga mudah didapat. Tetap tidak meninggalkan lebel atau nama daerah asal masakan tersebut. Sebagai trademark dan daya tarik pembeli.
Contoh, ada Soto Lamongan, Betawi, Kudus atau Sate Madura, Pecel Madiun atau Gudeg Jogja, sekarang tidak hanya bisa didapati di kota asalnya. Tetapi, bisa dijumpai di banyak kota demikian juga sebaliknya.
Seperti halnya Nasi Krawu. Kini, masakan khas asal Kabupaten Gresik itu sangat mudah didapat di Lamongan. Bahkan, lebih merakyat tidak ubahnya masakan khas setempat, Nasi Boranan.
Hanya, bedanya penjualan nasi krawu di Lamongan tidak seperti di Gresik yang dijajakan di depot rumah makan atau warung khusus. Nasi krawu di Lamongan lebih menjadi home industri. Banyak yang membuat dan menjual, khusus untuk sarapan pagi.
Berupa nasi bungkus. Kalau pagi hari banyak sekali dijumpai di lingkungan perkotaan. Dijual di atas lapak kecil berderet.
Diketahui, umumnya nasi krawu bercirikan nasinya yang pulen dan disajikan dengan daun pisang. Lauknya dapat berupa sayatan daging sapi. Bisa ditambah semur daging, jeroan sapi, sambal petis rasa pedas dan serundeng.
Sedangkan nasi krawu di Lamongan kebanyakan memakai daging ayam. Hanya, jika lidah tidak bisa detil merasakan, daging ayam itu serasa daging sapi.
Seperti pengakuan Khosim, pemilik usaha nasi krawu Mbak Sul, Made, Lamongan. Nasi krawu yang dijualnya berkat inovasi dia dan istrinya sendiri. Tidak hanya sekadar soal mengganti daging sapi dengan daging ayam. Tetapi juga pada racikan bumbu-bumbu tertentu.
"Tapi, rasanya tidak mau kalah dengan aslinya. Buktinya, Alhamdulillah banyak yang suka, " tuturnya, Selasa 15 Nopember 2022, pagi.
Dari inovasi racikannya itu, Khosim yang juga membuka warung di rumahnya, Jalan Bandeng Raya 6 Perumahan Sukomulyo, Lamongan sejak. 2016 ini usahanya terus berkembang.
Sehari, minimal ia memasak beras sebanyak 50 -60 kilogram untuk nasi krawu bungkus. Untuk memasak hingga pembungkusan ia bangun jam 12 malam dibantu enam orang pekerjanya.
Selain dijual sendiri, juga ada beberapa orang yang kulakan untuk dijual lagi. Kalau ada pesanan, bahkan sehari bisa menghabiskan 1 kuintal beras. Per bungkus hanya dijual dengan harga Rp 8ribu dan Rp10 ribu.
"Kalau hari Jumat Alhamdulillah banyak yang beli, untuk sedekahan Jumat berkah. Terkadang juga ada pesanan dari luar daerah. Selain kecamatan luar Lamongan, ada juga yang dari Bojonegoro atau Tuban, " terangnya.
Khosim sebelum membuka usaha sendiri, mengaku sempat ikut orang dan kulakan kepada pengusaha nasi krawu orang lain. Setelah merasa bisa memasak, bahkan meracik dengan inovasinya, akhirnya memberanikan diri buka sendiri.
Pastinya, nasi krawu di Lamongan semakin merakyat. Terkesan sekali menjadi menu utama untuk sarapan pagi, selain nasi boranan. Selain itu, nasi krawu bungkus mudah dibawa ke sekolah atau kantor. Karena tidak cepat basi.