Inovasi Puskesmas Pohjentrek Pasuruan Atasi Stunting
Masalah stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, terus menjadi fokus pemerintah untuk segera diselesaikan. Bahkan, upaya untuk mengurangi angka stunting di daerah terus dilakukan hingga di tingkatan puskesmas (pusat kesehatan masyarakat).
Puskesmas Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan punya inovasi dalam rangka menekan jumlah stunting di wilayah pelayanannya. Inovasi tersebut bernama “Apa Kabar Ibu” yang merupakan singkatan dari Akselerasi penurunan angka balita kurang gizi dengan kelas ibu terpadu.
Kepala Puskesmas Pohjentrek, Drg Aris Kurniawan mengatakan, inovasi tersebut mulai diluncurkan pada tahun 2018 lalu. Mengingat laporan temuan angka kurang gizi di wilayah Kecamatan Pohjentrek yang sempat menduduki peringkat kedua se-Kabupaten Pasuruan tahun 2017 lalu. Angka tersebut terbilang masih tinggi hingga tahun 2018, sehingga diperlukan banyak langkah cepat untuk menekannya.
“Peran orang tua sangat penting untuk bisa memahami akan pentingnya asupan gizi bagi anak. Mulai dari dalam kandungan sampai pola pengasuhan,” kata Aris di sela-sela kesibukannya, Jumat, 11 Oktober 2019.
Dalam prakteknya, Aris menjelaskan bahwa Puskesmas Pohjentrek menjadi fasilitator, yakni dengan menggelar semacam kelas ibu dengan lima meja pelayanan yang mengarah pada motto puskesmas yakni 5 R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin).
Meja pertama berupa pendaftaran, meja kedua berupa penimbangan dan pengukuran tinggi dan berat badan, meja tiga berupa kelas pijat (kolaborasi dengan ibu bidan), meja empat ada kelas bermain (permainan) dan meja lima yakni demo masak tentang kudapan yang sehat. Kegiatan tersebut dilaksanakan selama 3 bulan tanpa putus.
"Kami laksanakan sebulan sekali, dan kami gelar tiga bulan langsung tanpa putus. Supaya kami tahu perubahan apa yang terjadi pada pertumbuhan anak dari waktu ke waktu," katanya.
Lebih lanjut Aris menegaskan bahwa per pebruari 2019, prosentase angka stunting di wilayah Pohjentrek mencapai 49% dari 1700 balita yang ditimbang. Jumlah tersebut sukses diturunkan hingga tersisa 25% pada agustus 2019 lali. Ditargetkan, akhir tahun bisa terus menurun sampai di bawah 15 persen.
"Kami optimis terus bisa mengurangi angka stunting dengan tiga hal penting. Yakni perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih," katanya.
Hal yang sama juga disampaikan Hapsari Nur Patriatrisna selaku Ahli Gizi di Puskesmas Pohjentrek. Menurutnya, masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Selain itu, stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan Balita.
"Pola asuh dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tua (seorang ibu) dalam mengatur kesehatan dan gizi di keluarganya. Karena itu, edukasi diperlukan agar dapat mengubah perilaku yang bisa mengarahkan pada peningkatan kesehatan gizi atau ibu dan anaknya," katanya.
Selama inovasi dijalankan, peran petugas medis dengan orang tua hingga kebijakan pemerintah desa/kecamatan dan stake holder lain, harus sama-sama klik. Artinya, selalu terjalin koordinasi dan komunikasi dalam hal mengurangi angka stunting di masing-masing wilayah. Sedangkan anggaran pelaksanaan seluruhnya berasal dari desa. Sementara orang tua balita adalah eksekutor utama dalam sukses tidaknya inovasi Apa Kabar Ibu.
"Kami dari puskesmas hanya sebagai fasilitator yang membantu masyarakat dalam hal informasi dan pelayanan. Yang paling penting adalah pemahaman orang tua yang harus meningkat supaya pertumbuhan anak terus bagus. Tidak lebih pendek dari anak pada umumnya, juga berat badannya ideal," katanya. (sumber: www.pasuruankab.go.id)