Inovasi Mahasiswa ITS, Ubah Air Laut Jadi Siap Minum
Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) keluarkan inovasi berupa alat yang mengubah air laut menjadi siap minum. Hal itu dapat membantu krisis air minum di daerah terpencil.
Inovasi tersebut diberi nama, alat desalinasi terpadu sistem ganda atau yang bisa disingkat Anita. Alat itu digagas oleh tiga mahasiswa ITS yang memiliki latar belakang jurusan berbeda.
Ketiga mahasiswa penggagas itu adalah, Jell Hilmansyah, dari Departemen Teknik Elektro; Dwi Prawira Kusuma, Departemen Teknik Kelautan; dan Fajar Dhimas Airlangga, Departemen Teknik Fisika.
Ketua tim penggagas, Jell Hilmansyah mengatakan, inovasi tersebut berawal ketika kelompoknya mengetahui banyak daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal kekurangan air siap minum.
“Untuk itu, digagaslah inovasi ini dengan memanfaatkan air laut dan kabut laut sebagai sumber airnya,” kata Jell, Sabtu, 7 Desember 2023.
Berdasarkan penelitian, kata Jell, masyarakat pesisir biasa menggunakan metode desalinasi guna memperoleh air bersih. Namun, dengan alat Anita, proses tersebut bisa menjadi lebih efektif.
“Anita dirancang dengan menggunakan metode desalinasi sekaligus kondensasi,” jelasnya.
Jell mengungkapkan, cara kerja Anita yakni dengan memanaskan air laut hingga mencapai titik didihnya. Kemudian, akan menjadi air murni yang terpisah dengan zat pengotornya.
Proses pemanasan itu dilakukan dengan kompor listrik dan membutuhkan daya sebesar 620 kilowatt-jam (kWh) tiap liternya. Sedangkan energi panas dihasilkan dari panel surya.
Air murni yang dihasilkan dari proses desalinasi ini telah memenuhi standar kualitas air minum, yakni 10 part per million (ppm). Volume air yang dihasilkan pun dinilai mencukupi kebutuhan air minum warga lokal.
“Volume yang dapat dihasilkan pada metode desalinasi ini sebesar 1,5 liter per jam,” kata mahasiswa angkatan 2020 tersebut.
Lebih lanjut, Jell menyebut Anita juga bisa membuat kabut laut menjadi air siap minum, dengan metode kondensasi. Yakni dengan memasang jaring penangkap dan air murni akan menempel.
“Air yang dihasilkan sudah siap minum dan akan ditampung pada wadah yang telah disediakan,” ujarnya.
Jell bersama timnya berencana untuk terus mengembangkan inovasi tersebut agar dapat digunakan secara optimal. Memgingat alat itu memiliki manfaat besar bagi warga di kawasan terpencil.
“Kami berharap inovasi ini tidak berhenti di sini, namun bisa terus dikembangkan dan mampu menebar kebermanfaatan bagi masyarakat,” tutupnya.
Advertisement