Inovasi Kwetiau dari Beras Hitam
Kwetiau merupakan sejenis mi Tionghoa berwarna putih dan berbentuk pipih yang terbuat dari beras atau pati jagung. Tak hanya itu saja, Kwetiau mempunyai karakteristik kenyal serta elastis dan terasa lembut ketika di makan.
Namun, di tangan mahasiswa Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (UKWMS), Cindy Felicia Hardi mengembangkan variasi produk kwetiau menggunakan bahan baku utama dari beras hitam.
"Dalam penelitian ini saya menggunakan pati gandum. Penambahan pati dapat membantu memperbaiki karakteristik kwetiau beras hitam karena adanya amilosa dan amilopektin dari pati yang memiliki perbedaan struktur sehingga karakter yang dihasilkan berbeda pula," ungkap mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian ini.
Dengan bahan baku utama yang berbeda, tentu kandungan gizi yang ada dalam kwetiau beras hitam inovasi Cindy ini berbeda pula. Kandungan serat, protein, dan senyawa antioksidan dalam bentuk antosianin dinilai lebih tinggi dibandingkan dengan beras putih.
"Jika dari segi kandungan gizi berbeda, namun rasa yang dihasilkan tidak terlalu berbeda. Hanya saja ada rasa khas yang mirip seperti ketika kita mengkonsumsi beras ketan hitam. Namun hal ini tidak terlalu berpengaruh," ungkap dara kelahiran Banjarmasin ini.
Dalam menghasilkan variasi produk pangan ini, Cindy membutuhkan waktu hingga lima bulan agar mendapatkan formula, tekstur dan karakteristik kwetiau yang dapat diterima masyarakat. Untuk itu, Cindy melakukan pengujian terhadap 100 orang panelis.
Dari hasil pengujian itu, Cindy mendapatkan hasil, kwetiau beras hitam dengan penambahan pati gandum sebesar 10% paling disukai. "Terutama untuk kekenyalan dan kelembutan kwetiau saat di dalam mulut dari segi organoleptic,” ucapnya.
Dalam proses pembuatannya, Cindy mengaku jika dirinya mengalami kendala terutama pada tahap pencetakan. Hal ini karena sulitnya mendapatkan permukaan adonan yang rata serta pada tahap pengukusan untuk tetap menjaga suhu pengukusan.
Dara yang pernah bergabung dalam organisasi mahasiswa tingkat fakultas Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FTP UKWMS ini menyatakan bahwa penelitian ini masih dapat dikembangkan lagi. “Misalnya dari segi penyimpanan maupun variasi bahan,” pungkasnya. (amm)