Inkubator Milik BSTF Banyuwangi Sukses Tetaskan 90% Tukik Jantan
Banyuwangi Sea Turtle Foundation (BSTF) dan Tim Peneiliti dari Sekolah Ilmu Kesehatan dan Ilmu Alam (SIKIA) Universitas Airlangga (Unair) melakukan pelepasliaran 50 ekor tukik atau anak penyu di Pantai Pulau Santen, Banyuwangi, Jumat, 21 Oktober 2022, sore.
Tukik tersebut merupakan hasil penetasan menggunakan Inkubator Buatan (Intan) Box yang dikembangkan BSTF. Anak penyu yang dilepasliarkan dari jenis penyu lekang (Lepidochelys olivacea).
BSTF mengembangkan Intan Box untuk meningkatkan populasi penyu jantan. Jumlah populasi penyu jantan di alam saat ini semakin menurun akibat pemanasan global. Fenomena alam ini membuat suhu kawasan pantai meningkat. Sehingga penetasan di alam lebih banyak menghasilkan penyu betina.
“Di alam lebih banyak betina. Akibat cuaca ekstrem dan pemanasan global suhu pantai rata-rata naik, minimal 31 derajat,” jelas peneliti dari SIKIA Unair, dokter hewan Aditya Yudhana usai pelepasan tukik.
Aditya Yudhana menjelaskan, menurunnya populasi penyu jantan bisa berakibat pada kepunahan penyu. Di alam, seekor induk penyu betina, menurutnya, membutuhkan antara empat sampai enam ekor penyu jantan untuk membuahi telur-telur yang ada dalam indung telur.
Dengan menggunakan Intan Box, lanjutnya, suhu dapat distabilkan pada kisaran 27,4 – 29,5 derajat Celsius. Dengan suhu ini, telur-telur penyu yang ditetaskan akan menghasilkan tukik dengan jenis kelamin jantan.
Kabar baiknya, rekayasa penetasan tukik jantan dengan Intan Box ini mencapai tingkat keberhasilan di atas 90 persen. Dari 50 sampel tukik yang dibesarkan, hanya enam ekor yang berjenis kelamin betina. “Sedangkan 44 ekor lainnya berjenis kelamin jantan,” bebernya.
Menurutnya, 50 ekor penyu ini sengaja dibesarkan untuk dilakukan penelitian sexing atau pencatatan jenis kelamin tukik hasil penetasan dengan Intan Box. Sedangkan lebih dari seribu tukik lain yang ditetaskan dengan Intan Box langsung dilepasliarkan di hari yang sama telur tersebut menetas.
Dia menambahkan, saat dilepasliarkan, tukik hasil penetasan Intan Box ini memiliki respons yang sama dengan tukik hasil penetasan alami maupun semi alami. Sebelum dilepasliarkan, tukik-tukik tersebut telah menjalani masa perawatan dan observasi untuk mengetahui jenis kelaminnya.
“Sebenarnya, saat usia 1,5 bulan sudah bisa dilihat, itu bagi yang sudah expert. Kita ambil interval dua kali lipatnya yakni tiga bulan, agar lebih akurat mengetahui jenis kelaminnya,” jelasnya.
Pada usia tiga bulan ini, sudah cukup mudah untuk membedakan penyu jantan dan betina. Tukik jantan ekornya lebih panjang. Panjang ekor tukik jantan, dalam kondisi rilex minimal sudah bisa mencapai setengah marginal scutes atau cangkang tepi. Sedangkan betina lebih pendek. Tidak mencapai marginal scutes.
“Pada saat dewasa bisa dilihat dari ciri fisik, betina lebih besar. Kalau jantan badannya lebih kecil tapi ekornya lebih panjang,” ungkapnya.
Intan Box ini tidak hanya bisa “merekayasa” telur yang menetas menjadi berjenis kelamin jantan. Persentase penetasan dengan Intan Box ini juga sangat tinggi. Angka keberhasilan penetasan dengan Intan Box mencapai sekitar 92 persen. “Kalau alami atau semi alami tingkat penetasannya antara 60-75 persen, 80 persen itu sudah baik banget,” tegasnya.
Waktu penetasan, Intan Box membutuhkan waktu sedikit lebih lama dibandingkan dengan penetasan alami atau semi alami. Intan Box membutuhkan waktu antara 64-65 hari untuk menetaskan telur penyu. Sedangkan penetasan alami atau semi alami lebih singkat lagi. “Kalau penetasan alami atau semi alami rata-rata 52-55 hari sudah menetas,” bebernya.
Pembina BSTF, Wiyanto Haditanojo menyatakan, Alat berbentuk boks berbahan kayu ini merupakan alat penetasan telur penyu buatan yang tidak menggunakan media pasir. Satu Intan box bisa muat sekitar 1.000 telur. “Tergantung dari jenis penyunya,” bebernya.
Sejak digunakan pada akhir tahun 2021 lalu, alat yang dirancang oleh tim BSTF ini sudah berhasil menetaskan lebih dari seribu butir telur Penyu Lekang dan 51 telur Penyu Hijau (Chelonia mydas). Intan Box ini tidak memerlukan tempat yang luas sehingga mudah dipindah, dan dipantau langsung.
Keunggulan lainnya, menurut pria yang biasa dipanggil Wiwit ini, jenis kelamin tukik betina maupun jantan rasionya lebih bisa dikontrol. Karena kelembapan dan suhu udara dalam Intan Box bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. “Intan Box ini bisa menyesuaikan kelembapan dan suhu udara selama proses inkubasi berlangsung,” jelasnya.
Selain Intan Box, BSTF juga mengembangkan Yolk bersih Box atau Yosi Box. Yolk merupakan kantung kuning telur yang sering kali masih muncul pada tukik yang baru menetas. Dari sisi bentuk, Yosi Box sama Intan Box. Hanya saja peralatan yang digunakan dalam Yosi Box lebih sederhana.
Dijelaskannya, penetasan menggunakan Intan Box, kelembapan setelah telur penyu menetas menjadi tinggi. Sehingga ada beberapa tukik yang yolk-nya masih besar. Yosi Box membantu mempercepat proses penyerapan yolk yang masih tersisa. “Agar setelah menetas, tukik yang yolk-nya masih besar saya terapi di Yosi Box supaya cepat terserap, sehat dan siap untuk dilepasliarkan,” jelasnya
Yolk pada tukik hasil penetasan harus segera diserap atau dihilangkan agar tidak semakin membesar. Jika penyerapan yolk tidak maksimal, maka tukik itu tidak bisa bertahan di alam saat dilepasliarkan. Di alam, penyerapan yolk butuh berhari-hari. Dengan Yosi Box bisa dilakukan dalam hitungan jam. “Kalau di alam, yolk ini hilang antara tiga sampai empat hari, kalau di Yosi Box hanya dalam hitungan jam,” katanya.
Yosi Box ini juga membantu memberikan terapi pada tukik yang masih terjebak di cangkang telur saat proses penetasan di Intan Box selesai. Dengan terapi dalam intan box, tukik dapat segera keluar dari cangkang dan bergerak aktif.
Hak Paten Intan Box Dan Yosi Box
Intan Box diklaim sebagai alat penetasan buatan pertama di Indonesia bahkan dunia yang bisa merekayasa telur penyu yang ditetaskan menghasilkan tukik atau anak penyu berjenis kelamin jantan. Atas dasar inilah, sejak awal alat buatan BSTF ini sudah didaftarkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM Indonesia untuk mendapatkan hak paten.
Pembina BSTF, Wiyanto Haditanojo atau kerap dipanggil Wiwit mengatakan, pihaknya sudah mendaftarkan Intan Box dan Yosi Box ke DJKI untuk mendapatkan hak paten. Intan Box sudah didaftarkan pada 8 Oktober 2021 lalu. “Sudah diumumkan pada 15 Juni 2022,” jelasnya.
Untuk alat pembersih yolk atau Yosi Box, juga sudah diajukan untuk mendapatkan hak paten. Alat ini baru didaftarkan ke DJKI pada 5 Agustus 2022. Menurutnya, DJKI sudah menyampaikan pengumuman pada 22 Agustus 2022 lalu. “Tinggal menunggu hak patennya turun, semoga hak patennya bisa segera terbit,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah V Banyuwangi BBKSDA Jawa Timur, Purwantono menyatakan, pihaknya memberikan dukungan pada penelitian Intan Box ini. Namun sejauh ini dukungan yang diberikan baru sebatas dengan menghadiri kegiatan pelepasliaran seperti ini.
“Kembali lagi keputusan pada pimpinan, apakah ini akan ditindaklanjuti untuk diaplikasikan atau tidak. Ini kan masih tahap penelitian,” jelasnya.
Dijelaskannya, dirinya hanya sebatas petugas lapangan yang tidak bisa memberikan keputusan apapun. Oleh karena itu, menurut Purwantono, pihaknya akan mengomunikasikan hal ini ke Balai Besar BBKSDA Jawa Timur.
Mengenai menurunnya populasi penyu jantan di alam, dirinya mengaku tidak memiliki data sama sekali. Karena penyebaran habitat penyu cukup luas. Sementara BKSDA bergeraknya hanya di kawasan konservasi, atau cagar alam saja. “Tapi yang jelas penyu itu satwa dilindungi,” tegasnya.
Menurutnya, suhu memang mempengaruhi jenis kelamin penyu yang menetas. Sedangkan di alam, lanjutnya, manusia tidak bisa mengatur suhu. Sehingga jenis kelamin dari telur penyu yang menetas tidak bisa direkayasa. “Biasanya, menetasnya telur penyu kembali ke suhu, artinya kalau suhunya lebih tinggi ada konsekuensi pada jenis kelamin yang dihasilkan,” katanya.