PT INKA Banyuwangi Diminta Bantu Buka Lapangan Kerja
Keberadaan PT Industri Kereta Api (INKA) di Banyuwangi diharapkan bisa menjadi ekosistem baru untuk pengembangan kemampuan masyarakat Banyuwangi di sektor teknologi. INKA juga diharapkan mampu membuka lapangan kerja bagi generasi muda Banyuwangi.
Keinginan ini disampaikan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat mengikuti penyerahan komputer dan mesin kendaraan dari PT INKA kepada SMKN I Glagah, Banyuwangi. Komputer dan mesin itu merupakan corporate social responsibility (CSR) dari PT INKA.
"Bagi saya bukan hanya soal CSR-nya. Tapi bagaimana PT INKA menjadi ekosistem baru bagi anak-anak yang kedepan untuk mengembangkan kemampuannya terutama di sektor teknologi," ujar Bupati Anas usai mengikuti penyerahan CSR PT INKA, Rabu, 9 September 2020.
Apalagi, menurutnya, kolaborasi teknologi ini bukan hanya level nasional tapi dengan salah satu tekonologi terbesar di dunia yaitu Staedler. Diharapkan ada transfer pengetahuan yang bermanfaat bagi anak-anak. Karena dalam prosesnya ada spesifikasi dan kualitas yang harus dipenuhi. "Sehingga dengan begitu akan ter-upgrade kemampuannya, anak-anak akan belajar," tegasnya.
Dia juga berharap PT INKA tidak hanya menyerap tenaga kerja jika telah beroperasi nanti. Tapi mampu meningkatkan produk anak-anak SMK agar memiliki kualitas tinggi dan bisa diserap lebih luas. "Karena pasca Covid-19 salah satu prioritas Banyuwangi adalah menggerakkan sektor ekonomi dengan menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya," tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan PT INKA, Agung Sedaju menyatakan, bantuan CSR itu berupa delapan unit komputer dengan spesifikasi tinggi untuk gambar kerja dan 12 mesin kendaraan. Nilainya mencapai sekitar Rp150 juta. Ada delapan SMK yang mendapatkan bantuan. 8 SMK tersebut merupakan SMK binaan PT INKA. "Bantuannya beda tergantung kebutuhan SMK-nya masing-masing," tegasnya.
Dia berharap, kemampuan yang dimiliki SMK ini bisa mendukung ekosistem industri kereta api. Karena menurutnya, jika INKA tidak didukung dengan industri manufaktur lain, biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal. Sebagai contoh, jika INKA butuh pelat kecil, atau baut atau butuh barang yang bisa diproduksi lingkungan sekitar akan lebih baik didapat dari lingkungan sekitar.
"Kalau bisa ekosistem manufaktur di sini tumbuh. Karena pabrik kami paling hanya 40 persen yang kami manfaatkan untuk industri kereta api. Sisanya kan harus industri pendukungnya," jelasnya.
Dia tidak menjamin seluruh lulusan SMK bisa masuk PT INKA. Sebab untuk pabrik di Banyuwangi bekerjasama dengan perusahan kelas dunia yang memiliki standarisasi. Untuk itu, PT INKA akan mempersiapkan para murid SMK untuk agar bisa memenuhi standarisasi itu. Mereka dipersiapkan melalui program Lengan Industri. Nantinya siswa SMK akan dibekali berbagai pengetahuan, mulai dari proses manajemen, manufaktur dan menjaga kualitasnya. "Itu yang harus kami jalankan," tegasnya.