Inisiatornya Swasta, Biayanya Swasta, Lalu Pemkot?
Surabaya - Pembangunan Underpass Bunderan Satelit yang ditargetkan selesai tahun depan, ternyata sepenuhnya atas inisiatif swasta. Bahkan, mega proyek senilai RP 300 miliar itu dibiayai hasil urunan para pengusaha.
Ketua DPD REI Paulus Totok Lucida dalam berbagai kesempatan membanggakan partisipasi para pengusaha properti di Surabaya dalam ikut mengatasi infrastruktur kota. Apalagi, mega proyek yang dibangun hasil urunan 20 pengusaha ini akan menjadi underpas pertama di kota nomor dua terbesar di Indonesia ini.
Sebenarnya, gagasan awal mengatasi kemacetan menuju kawasan Barat Surabaya ini sudah muncul sejak 10 tahun lalu. Saat itu, Surabaya dipimpin oleh Walikota Bambang Dwi Hartono.
Kepala Dinas PU dan Bina Marga Pemkot Surabaya saat itu adalah Sri Mulyono. Pria yang memang tinggalnya di kawasan Dukuh Kupang itu sudah mulai melihat trend kemacetan di Jalan Mayjen Sungkono dan HR Muhammad.
''Pak Sri sudah sering mengajak diskusi dan memikirkan mengatasi masalah kemacetan di bundaran Satelit. Padahal, saat itu, kemacetannya belum separah saat ini,'' kata salah satu anggota REI Budi Setianto.
Dia menceritakan, paska terjadi bencana Lapindo, ia sempat bertemu Dirut Jasa Marga dan Basuki Hadi Mulyono, Menteri PU dan Perumahan Rakyat yang saat itu menjadi Ketua Tim Penanggulangan Lumpur Lapindo, akan melelang aset Jasa Marga di kawasan keluar tol setelit tersebut.
Saat itulah, mulai terpikir untuk membuat underpass yang menghubungkan Jalan Mayjen Sungkono dan HR Muhammad. Bahkan, saat itu, ada yang terpikir untuk membuat twin tower tertinggi di Surabaya dan memindahkan jalan simpang lima itu di bawah tanah.
Dalam bayangan sejumlah arsitek yang melihat pentingnya underpass tersebut, proyek tersebut memiliki terowongan sepanjang 200 meter. Keluarnya dekat pertigaan Graha Family alias melintasi jembatan jalan tol.
Budi Setianto sempat mempresentasikan gagasannya saat itu ke Pemkot. Namun, Pemkot belum meresponnya karena soal pendanaan. ''Ketika itu, juga ada rencana membuat semi underpass di perempatan TVRI,'' tambahnya.
Karena itu, ia menyampaikan rasa salutnya kepada Ketua DPD REI Jatim Totok Lucida yang berhasil mengkoordinir para pengusaha untuk merealisasikan underpas bunderan Satelit ini. ''Ini membuktikan partisipasi pengusaha Surabaya dalam ikut membangun kota sangat luar biasa,'' katanya.
Sebetulnya, pembangunan infrastruktur jalan hasil gotongroyong pengusaha seperti ini bukan kali pertama terjadi di Surabaya. Pada era pemerintahan Walikota Bambang DH, skema semacam ini sudah terjadi saat membangun jalan tembusan Unesa dengan Jalan Raya Wiyung.
Dengan kemampuan fiskal Pemkot Kota Surabaya yang sangat kecil dibandingkan Product Domestic Regional Bruto (PDRB), peran pengusaha swasta tak bisa diremehkan. Mereka lah yang menjadi pilar utama pertumbuhan ekonomi kota.
Apalagi, mereka tidak hanya memikirkan bisnisnya sendiri, tapi juga ikut mengatasi masalah yang seharusnya menjadi tugas pemerintah. ''Kami memang akan terus berpartisipasi untuk ikut serta memikirkan kota kita tercinta,'' tegas Totok Lucida. (Wsn)