Inin Amami, Guru SD yang Telah Ciptakan 15 Karya Tari di Jombang
Inin Amami telah menciptakan 15 kreasi karya tari khas Jawa Timuran. Darah seni mengalir dari ibunya yang seorang sinden, dan ayahnya yang merupakan guru bahasa Jawa.
Akrab dengan dunia tari sejak kanak-kanak, akhirnya mengantarkan Inin Amami sebagai koreografer. Ibu dua anak ini bahkan memiliki sanggar tari yang dinamakan Cindelaras.
Nama ini dipilih untuk mendapat peruntungan baru sekaligus membuang sial. Cindelaras identik dengan petarung yang selalu menjadi jawara. Sebelumnya, sanggar tari milik Inin Amami dinamai Puspita Kamala pada 2005 silam.
Saat itu, Inin Amami membuka kelas gratis untuk belajar tari. Perempuan yang akrab disapa Nini ini sudah bernazar untuk mengajar tari tanpa embel-embel bayaran.
"Niatnya dari awal agar semua orang mengetahui bahwa dalam tarian ada tehnik dan dasarnya. Sehingga ketika menari bukan asal gerak saja," ujar Inin Amami yang mempromosikan sanggar tarinya di Radio Suara Pendidikan Jombang.
Empat tahun berlalu, hanya ada lima anak yang rajin belajar tari di sanggar Inin Amami. Anak didiknya itu pun berani unjuk kemahiran menarinya di lomba tingkat Provinsi Jawa Timur. Tak disangka, anak didik Inin Amami meraih juara di Festival Karya Tari Jawa Timur yang digelar di Gedung Cak Durasim, Surabaya.
"Setelah dapat juara, banyak anak yang mau belajar nari di sanggar. Ada 50 anak yang daftar. Saya kenai biaya Rp50 ribu," cerita Inin Amami.
Membimbing dalam Perlombaan Tari
Inin Amami kerap memboyong siswanya di Sanggar Cindelaras ikut perlombaan tari. Perempuan lulusan UNESA ini sering mengikuti festival perlombaan tari tingkat propinsi, antara lain Festival Pengembangan Pendidikan Seni Tradisi (PPST), PSP (Pekan Seni Pelajar), FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) dan FKT (Festival Karya Tari).
Sebagian besar dari perlombaan tersebut anak bimbingnya keluar sebagai juara satu. Sehingga, titel langganan juara tak luput dari ingatan warga Jombang.
"Setiap hari anak-anak rutin latihan tari. Mereka harus benar-benar menguasai gerakan tari dengan benar, perpaduan gerakan tubuh dengan musik yang mengiringi," tutur Inin Amami.
Ia ingin membentuk anak didiknya sepeti dirinya di masa kecil. Sejak duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, Inin Amami sudah berani tampil di panggung festival dan meraih juara. Kegemarannya menari pun berlanjut di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas.
Agar bakatnya berkembang, Inin Amami memilih pendidikan sesuai bidang yang digemarinya, yakni menari.
"Saya pilih bersekolah di SMKI Surabaya. Lalu melanjutkannya ke jenjang strata satu dengan mengambil jurusan tari di UNESA," kisah Inin Amami.
15 Lebih Karya Tari Inin Amami
Selain juara tari, Inin Amami juga mampu menciptakan 15 lebih karya tari. Ia menciptakan tarian baru khas Jawa Timuran, mulai nama hingga ragam geraknya. Sehingga karya tari tidak memodifikasi gerakan tari yang sudah ada.
"Ide tarian ini diperoleh dari riset terlebih dahulu. Selain itu menanyakan kepada budayawan untuk memastikan dan meyakinkan lagi bener enggak ciptaan saya," ujar Inin Amami.
Ia lalu mencontohkan, saat menciptakan tari khas Jombang, waktu tercurah untuk membaca literatur tentang Jombang yang dipinjamnya dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat.
"Saya harus menggali ciri khas Jombang yang membedakannya dengan daerah lain," kata Inin Amami.
Setelah itu, lanjut Inin Amami, berdiskusi dengan budayawan Jombang bernama Nashrulloh untuk memantapkan gerakan tari yang akan dibuatnya. Nashrulloh merupakan adik kandung Emha Ainin Najib.
"Sesudah mendapatkan gambaran soal ciri khas Jombang, saya melakukan perenungan hingga pukul 03.00 WIB. Dari proses itu saya bisa mendapatkan ilham untuk gerakan tarinya," ungkap Inin Amami.
Beberapa karya yang dihasilkan Inin Amami ialah Tari Kenyo Madeh, Puja Sesanti, Sekar Panji Kesit, Besut, Rusmini, Ringin Contong, Panji Wireng, Kenduren-duren, dan Derep.
Karya Disabotase
Sebagai seniman, Inin Amami sempat merasakan pengalaman pahit. Tariannya sempat disabotase dan dijual ke salah satu kota di Jawa Timur. Yang lebih menyakitkan, ungkap Inin Amami, hasil karyanya diakui sebagai ikon dan maskot kota tersebut.
"Ada mantan rekan saya yang jual tari ciptaan saya. Saya tahunya saat membaca berita di koran. Saya langsung kontak orang itu, dan orangnya mengakui kalau sudah jual karya saya," sesal Inin Amami.
Meskipun kecewa, Inin Amami mengaku telah memaafkan perbuatan mantan rekannya itu. Dia menganggap mungkin orang tersebut sedang membutuhkan uang.
“Mau gimana lagi, mungkin mantan rekan saya yang menjualnya sedang membutuhkan uang kala itu,” tutupnya.
Advertisement