Ini yang Layak Dicoba, Kopi Rasa Dibanting
Viral. Bukan spiral. Apalagi vital. Kepleset sedikit dengan penambahan kata, nyangkutnya akan ke alat vital. Sementara alat vital, sudah dikotak menjadi sesuatu yang pornografi kalau dibicarakan dalam suasana tidak pas.
"Mekaten to?"
"Nggih!, manut."
Kalau begitu, maka, mari bicara ndek-ndekan saja. Ndek-ndekan itu khasanah Suroboyoan, kalau kekinian ndek-ndekan itu sering dibilang tipis-tipis.
"Ngopi tipis-tipis yuk?," ihh... ini ajakan yang menyenangkan.
"Hayuukkkk," begitu biasanya jawaban yang tak kalah menyenangkan.
Eh iya, tadi bicara viral dalam pembuka kata. Apa sih viral? Viral is makanan khas gaya media sosial. Acapkali, viral menjadikan badan panas dingin ketika salah dikomsumsi. Kadang sampai mencret pula. Maka, hati-hatilah, kalau sedang mengonsumsi viral dalam media sosial.
Saat ini, di media sosial, sedang ada viral kopi cap angkot. Viral itu juga lengkap dengan meme-nya. Apa sih meme? Meme itu anak nakal sekaligus anak baik yang seringkali menyertai sebuah viral. Kenes, asyik, kadang menjengkelkan, seringkali malah bikin panas telinga dan gatal tangan.
"Pingin tak kaplok sing nggawe meme itu," kata yang gatal tangan.
"Kurang kerjaan apa ya, gak tahu mangan sekolahan yang bikin meme itu," kata yang panas telinga.
Viral Kopi Bubuk Cap Angkot sedetik menghilangkan panas tangan dan gatal telinga. Sedetik itu untuk mengungah senyum. Senyuman masam, kecut, dan senyuman lebar. "Cerdas juga yang bikin meme ini," tukas Markun sembari angler merem melek dengan kopi susunya.
Ojeg online memang lagi cetar membahana. Geraknya ngalah-ngalahi ikan hiu. Sigap menangkap mangsa, gesit dan lincah mengejar umpan. Kadang, malah, umpan belum datang, mangsa belum kelihatan, mulutnya sudah menganga lebar seperti Gua Gong di Pacitan.
Angkot badannya kebesaran. Geraknya lambat karena siripnya kena pengapuran tulang. Sementara dia telat berobat dan makan obat. Yang terjadi adalah menunggu mangsa karena enggan mengejar umpan yang lincah berlarian.
Gedubrakkkkk. Mereka pun benturan. Keras. Nyonyor kabeh. Siapa yang menang? Sudah pasti yang giat, gesit, lincah, dan mampu menangkap peluang zaman. Sementara yang badannya terlanjur kebesaran, lamban, teriak-teriak minta perlindungan.
Kopi Cap Angkot pintar menangkap peluang. Brand-nya mengalir seperti Bengawan Solo seiring keterdesakan mereka oleh zaman dan teknologi. Bagaimana pun ada puluhan ribu orang yang menggantungkan nasib dengan angkot.
Puluhan ribu itu tentu juga memiliki anak dan istri. Pendeknya satu keluarga bergantung pada angkot. Itu belum terhitung angkot yang miliki dua keluarga alias istri dobel. Maka jumlah statistiknya sudah pasti akan bertambah.
Meme "Karena terdesak oleh ojeg online, angkot banting setir," memang serasa kecut. Namun, meme ini cukup membangun imajinasi kreatif. Toh banting setir juga tak masalah, kadang dengan begitu malah mencapai kesuksesan sundul langit.
Simak SBY, andai dia tidak banting setir dari Menteri saat itu, lalu jungkir balik membangun Parpol, apakah dia bisa jadi Presiden? Jawabnya, ngopi sik yuk ben ndak salah jalaran. widikamidi