Tips Berbisnis Kuliner Ramadhan di Tengah Pandemi Covid-19
Bulan Ramadhan selalu membawa berkah untuk para pedagang kuliner musiman. Sebab, pada bulan suci ini, perilaku konsumtif masyarakat akan tinggi.
Namun, sedikit berbeda dengan tahun ini, baru beberapa hari bulan Ramadhan berjalan, beberapa pedagang mengaku sepi pembeli.
Menaggapi hal itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) Dr. Tri Siwi Agustina, SE, M.Si membagikan sejumlah strategi usaha kuliner pada bulan Ramadhan meskipun di tengah pandemi Covid-19.
Menurutnya, ada empat hal yang perlu diperhatikan oleh produsen atau pedagang. Empat hal tersebut meliputi:
1.Fokus Pada Produk Berpotensi
Biasanya, ketika bulan suci Ramadhan, produk kuliner yang dicari konsumen adalah gorengan, makanan siap saji, kue, aneka minuman segar, hingga frozen food. Pada saat pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, jenis minuman yang dicari pasti akan bertambah. Terutama minuman berbahan dasar buah atau rempah yang dipercaya meningkatkan imunitas tubuh.
“Minuman seperti wedang uwuh, wedang jahe kunyit lemon, wedang sarabba, pasti akan sangat dicari,” kata Siwi biasa ia disapa.
2. Pelajari Perilaku Konsumen
Meskipun tengah menghadapi wabah Covid-19, sifat konsumerisme masyarakat tetap tinggi, namun beberapa hal berbeda. Konsumen lebih mengurangi intensitas keluar rumah, sehingga beralih ke pembelian dalam jaringan (daring) atau online.
Dengan demikian, produsen kuliner harus memaksimalkan smartphone untuk aktivitas penjualan. Selain itu, menurut Siwi, konsumen pada kondisi pandemi mengutamakan kuliner yang menyediakan jasa layanan antar atau bawa pulang (take away).
Masyarakat juga lebih menghendaki produk kuliner yang terjamin higienitasnya karena kesadaran untuk menerapkan pola hidup sehat. Untuk menjamin kebersihan produk, produsen bisa memberi informasi yang menyatakan suhu tubuh pembuat produk tersebut. Selain itu, media sosial juga dapat dipakai untuk menjelaskan kebersihan proses produksi hingga pengantaran.
“Pastikan stok tersedia dan perhitungkan waktu pemrosesan dengan waktu pengantaran ke konsumen. Jangan sampai konsumen kecewa karena mendapatkan produk kulinernya melewati waktu berbuka puasa atau melewati jam makan sahur,” jelas Siwi.
Apabila konsumen memilih datang ke lokasi penjualan, sediakan produk kuliner dalam bentuk kemasan minimal dua jam sebelum waktu berbuka puasa. Serta pikirkan juga cara pembayaran yang efektif.
3. Jaga Stok dan Bahan Baku
Sejak memasuki Bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri, biasanya harga sembako tidak stabil. Selain harus mengantisipasi lonjakan harga tersebut, produsen juga harus jeli memperhitungkan jumlah order dengan ketersediaan stok dan bahan baku.
"Kesediaan bahan baku di masa karantina wilayah atau PSBB wajib untuk diperhatikan. Bagaimana menjaga pasokan barang agar tetap aman," imbuh Siwi.
4.Perhatikan Kualitas
Produsen harus berhati–hati dalam memilih bahan baku dan mengolah produk karena akan memengaruhi kualitas. Jangan sampai memilih bahan baku yang murah, tapi ternyata mendekati kadaluwarsa atau kualitasnya tidak terjamin.
“Alih–alih mendapatkan keuntungan berlebih dari bahan baku yang murah, yang ada malah menyebabkan gangguan kesehatan,” tandasnya.
Ketika mengolah produk pun juga demikian. Perhatikan ketahanan produk kuliner, jarak pengantaran, serta pengemasannya.
"Jangan sampai berisiko pada kesehatan konsumen," tutup Siwi.
Advertisement