Tiga Komponen Utama Pengelolaan Pondok Pesantren Menurut Gus Ipul
Banyuwangi: Keberadaan pondok pesantren sangat penting untuk kepentingan umat, karena pondok pesantren berperan mewujudkan generasi berilmu sesuai ajaran Allah SWT.
“Oleh karena itu, bagus sekali kalau ada generasi penerus yang bisa mengembangkan pondok pesantren untuk mendidik dan mempersiapkan menjadi orang-orang yang pintar namun dan alim."
Hal itu dikatakan Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) saat pengajian umum memperingati Harlah Yayasan Pendidikan Islam Pesantren (YPIP) Bustanul Makmur ke-70, di halaman pesantren Bustanul Makmur, Kebunrejo Genteng Banyuwagi, Rabu (17/5).
Menurutnya, manusia harus dibangun seutuhnya. Artinya memiliki iman, cukup secara ekonomi, serta bisa beribadah dengan baik, dan memiliki rasa cinta terhadap tanah air.
Dari hasil survei, ada beberapa hal yang mendasari seseorang untuk mengikuti pendidikan di ponpes. Di antaranya, karena rasa hormat terhadap pengasuhnya (50 %), karena alumninya yang sudah berkiprah di masyarakat (30 %), dan adanya dorongan dari orang tuanya (20 %). Ketiga faktor itulah kemudian menjadi komponen utama dalam pengelolaan pondok pesantren.
Gus Ipul berharap, forum ini menjadi bagian untuk memastikan kesinambungan ilmu antara guru/ulama dengan para santrinya. Ini agar ada keyakinan bahwa aqidahnya tidak berbeda dan tetap nyambung dengan ilmu yang diajarkan para kyai-nya
“Kehadiran kita semua di sini untuk memastikan para santri masih terhubung dan tersambung ilmunya dengan para kyai dan guru-gurunya, yang Insya Allah akan tersambung sampai Rosullullah SAW,” ujarnya
Terhubungnya santri dengan guru sangat penting. Sebab terkadang ada santri setelah selesai pendidikan di pondok pesantren, kembali ke rumah masing-masing dan berkiprah di masyarakat bisa putus hubungan, bahkan terkadang ada santri yang menyalahkan gurunya.
Padahal, menurut Gus Ipul, para santri dirancang nyambung dengan gurunya tidak hanya di dunia, tapi juga sampai akherat. Pada dasarnya para kyai terhubung satu dengan yang lain melalui nazab keilmuan atau nazab pernikahan. Guru kita saling merekomendasikan untuk belajar di ponpes.
Forum ini sangat baik, di samping merupakan bagian untuk memastikan bahwa masih ada kesinambungan. Selain itu, forum ini juga tempat tabayun/klarifikasi isue-isue yang berkembang.
Di dalam dunia maya semua informasi tersaji, mulai aliran syiah, wahabi sampai kitab kuning. Begitu pula kabar bohong (hoax) cepat berkembang, yang bila tidak dikonter bisa menyesatkan. Diperlukan kecerdasan dan kemampuan untuk klarifikasi/ tabayun.
Dalam kesempatan itu, Gus Ipul juga menyampaikan tantangan pembangunan Jatim yang masih banyak. Salah satunya, perencanaan pembangunan yang perlu mempertimbangkan kearifan lokal. Contohnya, sampai sekarang pembangunan bandara internasional Juanda masih berkiblat pada pola barat yang belum memberikan apresiasi terhadap para pengantar jamaah yang mau berangkat umroh atau jamaah haji.
Masjid bandara juga harus bagus, karena di masjid itulah sejatinya tempat pendidikan karakter, tempat para kyai mengajarkan cinta pada Allah SWT, cinta Rosulullah, dan pada saat yang sama juga mengajarkan cinta tanah air.
Namun sementara ini masih dirasakan fasilitas masjid di bandara atau di Mall kurang memadai, sebagai tempat sholat masjidnya masih sempit dan kurang nyaman untuk beribadah.
Dalam kesempatan itu Bupati Banyuwangi Azwar Anas mengatakan, untuk mendukung program pemprov Jatim Pemkab Banyuwangi menyediakan anggaran Rp 16 Miliar utk pengembangan ponpes. Bagi santri yang hafal Al-qur’an minimal 15 juz akan diberi bea siswa kuliah sampai selesai. (*)
Advertisement