Viral Ajakan Tolak Rapid Test Massal, Ini Jawaban Dokter
Sekedar info...
📌 Mohon menjadi perhatian bagi diri kita sendiri maupun untuk keluarga dan kolega anda semua.
Bila tiba-tiba anda terjebak dalam operasi rapid test dadakan/ujug ujug datang petugas yang mengharuskan mengikuti rapid tes, maka yang perlu diperhatikan adalah sarung tangan petugas, kalau sarung tangan yang dipakai hanya itu-itu saja (satu) yang dipakai, tanpa di ganti ganti, dimana setelah petugas itu pegang orang/pasien yang di rapid tes, kemudian tanpa ganti sarung tangan petugas lalu memegang anda, maka disinilah letak rawannya penularan virus nya, karena kita ngga tau dan petugas pun ngga tau, apakah orang yang dipegang sebelum kita tadi, orang tersebut positif/reaktif atau negatif.
Jadi penularan bukan karena kita berada ditempat umum saja, akan tetapi saat rapid test dilakukan massal atau perkelompok, kalau petugas sarung tangannya hanya yang dipakai saja tanpa diganti ganti, maka silahkan anda berhak untuk Menolak nya demi keselamatan kesehatan anda sendiri.
Kutipan di atas adalah ajakan untuk menolak ikut rapid test massal yang menjadi viral di media sosial dalam tiga hari terakhir.
Menanggapi ajakan untuk menolak ikut rapid test massal tersebut, juru bicara Satgas Corona Rumah Sakit (RS) Universitas Airlangga Surabaya, dr Alfian Nur Rasyid SpP mengatakan, standard of procedure (SOP) penggunaan Alat Pelindungi Diri (APD) untuk petugas rapid test massal, idealnya memang satu APD lengkap beserta sarung tangan digunakan untuk satu pasien.
"Tapi seperti yang kita tahu APD dan sarung tangan terbatas untuk tenaga kesehatan. Kalau memang tidak memungkinkan berganti, sarung tangan bisa di-spray dengan hand sanitizer saat hendak memegang tangan satu ke tangan lainnya," kata Alfian saat dikonfirmasi Ngopibareng.id.
Alfian menjelaskan jika transmisi virus corona bisa terjadi lewat kontak langsung. Itu pun bila sumber kontaknya mengandung droplet orang yang positif virus corona.
"Jadi kalau dari kontak langsung mungkin bisa terjadi transmisi virusnya. Tapi hal ini tidak ada hubungannya dengan hasil rapidnya," paparnya.
Kata dia, yang diuji dalam rapid test bukan transmisi virusnya, tapi imunoglobullin dalam darah orang tersebut.
Sedangkan untuk saat ini, belum ada kajian yang menyebutkan transmisi virus bisa lewat darah. Jadi, antara transmisi virus dan hasil rapid test-nya tidak berhubungan," imbuhnya.
Untuk SOP pengambilan darah yang bisa untuk rapid test bisa dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan mengambil darah dari pembuluh darah vena atau dari ujung kuku.
"Tapi biasanya di rumah sakit diambilnya dari pembuluh darah vena. Tapi yang banyak dilakukan memang dari ujung jari, ini biar cepat saja. Apalagi kalau pemeriksaan rapid-nya secara masal," pungkasnya.
Advertisement