Ini Sikap Remaja Ketika Menghadapi Toxic Parenting
Kenakalan yang dilakukan di usia remaja terkadang memicu amarah orang tua, akibatnya orang tua sering mengeluarkan kata-kata tidak pantas atau sering disebut toxic parenting.
Hal ini pun dapat mengakibatkan remaja menjadi pembangkang. Apabila tidak tertangani dengan baik, remaja bisa terjerumus dalam hal negatif.
Untuk menangani hal tersebut, Psikolog Klinis SDM Reisqita Vadika, M.Psi mengatakan, para remaja tidak boleh terbawa emosi terhadap perlakuan tersebut.
"Ada baiknya kalau mereka merasa marah, atau secara emosional ke-triger dengan perlakuan orang tuanya, upayakan untuk menahan diri agar tidak melampiaskan ke alternatif-alternatif penyaluran emosi yg tidak sehat," ujar psikolog RS Adi Husada Undaan Wetan ini.
Perilaku tidak sehat yang dimaksudkan, Qiqi biasa ia disapa ialah, berprilaku agresif, minum minuman keras, narkoba, bolos sekolah dan lainnya.
Ujar Qiqi, sebaliknya setelah mendapatkan perilaku tidak meyenangkan dari orang tua, remaja harus menyalurkan emosinya tersebut pada hal-hal yang baik, seperti olahraga atau curhat ke teman yang bisa dipercaya.
"Bisa juga cerita ke om tante ataupun kakek dan nenek yang bisa menjembatani komunikasi anak tersebut dengan orang tua. Agar orang tua bisa mengerti apa maunya anak, nanti anak juga bisa lebih mudah mengetahui sudut pandang orang tua," jelas Qiqi.
Menurutnya, perlakuan toxic orang tua terkadang terjadi karena orang tua tidak tau harus bersikap apa bila menghadapi kenakalan remaja.
Untuk itu, ungkap Qiqi, ada baiknya anak membuka obrolan pada orang tua tentang komunikasi yang baik ketika suasana sudah mereda.
"Kita sebagai anak harus punya mindset, bukan berarti orang tua tidak sayang karena bersikap demikian. Tapi mungkin karena mereka tidak tahu cara berkomunikasi yang baik," imbuhnya.
Dengan kesadaran seperti itu diharapkan anak dapat membantu orang tua untuk menemukan pola komunikasi yang pas antara keduanya.
"Jadi anak secara teknologi mereka lebih tau bisa membantu orang tuanya untuk mempelajari secara online atau artikel tentang bagaimana komunikasi pada anak,
gimana relasi yang sehat di dalam keluarga," tutup Qiqi.
Advertisement