Jalan Yos Sudarso Ditutup 6 Bulan, Ini Respons Warga Surabaya
Rencana Pemerintah Kota Surabaya menutup Jalan Yos Sudarso selama 6 bulan, untuk pembangunan basement alun-alun bawah tanah mendapat beberapa respons beragam dari masyarakat Surabaya.
Menurut Ufa, salah satu warga Surabaya yang tinggal di daerah Kebraon, penutupan jalan Yos Sudarso terlalu lama. Apalagi, ia setiap pagi harus mengantarkan adiknya yang sedang bersekolah di SMA 9 Surabaya.
Ia mengatakan, saat amblesnya jalan Gubeng beberapa waktu lalu, kemacetan sudah berdampak luas di jalan-jalan sekitar Gubeng. Padahal hanya ditutup selama 1 minggu.
Beberapa waktu lalu, saat Jalan Yos Sudarso ditutup sebagian selama 2 hari misalnya, kepadatan juga terjadi di beberapa titik di sekitarnya.
“Gimana ya. Waktu Gubeng ambles itu juga macet kan. Lalu yang Jalan Yos Sudarso ditutup sebagian itu juga macet banget. Apalagi ini ditutup full selama 6 bulan, saya tidak bisa membayangkan bagaimana macetnya,” ungkap Ufa kepada Ngopibareng.id, Selasa 27 Agustus 2019.
Menurutnya, ia sekarang memikirkan harus berangkat jam berapa saat mengantar adiknya sekolah. Karena, saat hari biasa saja, ia harus berangkat jam 5.45 agar tidak terlambat sekaligus nyaman berkendara di jalan.
“Waduh saya harus berangkat jam berapa ya. Biasanya jam 5.45 biar santai di jalan nggak kesusu gitu, soalnya kan rumah saya jauh di daerah Kebraon Balas Klumprik. Kalau ditutup kan berati harus muter dan cari jalur lain, bisa-bisa berangkat jam 5.15 biar tidak telat adik saya,” lanjutnya.
Saat ditanya, bagaimana perasaannya terkait rencana tersebut? Ufa mengaku pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa.
“Ya gimana lagi ya. Sebenarnya masalah bagi saya, tapi gimana lagi Pemkot maunya bangun itu, ya harus diterima. Soalnya kan juga untuk kepentingan bersama. Kita sebagai masyarakat dan rakyat nurut aja. Kita harus ngalah, mencari jalan alternatif aja,” tuturnya.
Beda dengan Ufa, seorang pegawai yang bekerja di dekat Balai Kota Surabaya, Rahman, malah mengapresiasi upaya Pemkot menutup Jalan Yos Sudarso.
“Ya pasti saya harus berangkat lebih awal karena takutnya macet di beberapa titik karena orang-orang harus mencari jalan lain. Tapi nggak masalah, karena rumah saya tidak jauh dari Universitas Airlangga (Dharmawangsa), jadi kan dekat,” ujarnya.
Ia mengatakan, mau tak mau masyarakat harus menerima keputusan Pemkot. Terlebih rencana Pemkot membangun alun-alun tersebut sudah lama dan jauh-jauh hari sudah direncanakan.
“Mau tidak mau pasti terjadi penutupan itu, karena kan katanya memang sudah lama mau bangun alun-alun bawah tanah itu. Jadi kita sebagai masyarakat biasa cuma bisa menerima saja keputusan itu. Mau macet ya gimana lagi,” kata Rahman.
Saat ditanya, apakah urgensi pembangunan alun-alun bawah tanah tersebut sebanding dengan kemacetan dan gangguan mobilitas masyarakat selama 6 bulan? Rahman mengatakan, bahwa penilaian itu subjektif dan tiap masyarakat berbeda.
“Ya kalau butuh apa tidak, penting apa tidak, itu prespektif masing-masing orang. Karena kan memang begitu, apa yang dibangun Pemkot belum tentu dibutuhkan masyarakat, begitu pula sebaliknya. Jadi ya saya nurut saja meskipun mengalah bangun pagi dan berangkat pagi serta macet-macetan,” pungkasnya.
Seperti diketahui, Pemkot Surabaya akan menutup seluruh Jalan Yos Sudarso untuk pembangunan alun-alun bawah tanah Surabaya. Rencananya, penutupan tersebut akan dimulai pada 1 September 2019 hingga 6 bulan selanjutnya.
Pemkot sendiri mengaku telah bekerjasama dengan Polrestabes Surabaya dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Surabaya, untuk mengatur rekayasa lalu lintas selama penutupan Jalan Yos Sudarso.