Ini Resiko Jika Minum Kencing Unta
Hati-hati sebelum ikuti anjuran untuk minum air kencing unta. Pasalnya berdasarkan himbauan dari organisasi kesehatan dunia WHO, minum air kencing unta,--meski sudah dicampur dengan susu unta, malah beresiko terjangkiti Middle East Respiration Syindrome Coronavirus (MersCov) atau flu unta.
Dampak buruk tersebut tidak dapat terhindarkan, sekalipun air kencing unta yang diminum itu, sudah dicampur dengan air susu unta. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan mengatakan itu. Oscar Primadi merujuk dari pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO).
"WHO juga menekankan untuk tidak mempraktikkan minum susu unta bersamaan dengan air kencing unta. Dikhawatirkan akan tertular penyakit flu unta," kata Oscar, 8 Januari 2018.
Klarifikasi Oscar ini untuk menanggapi anjuran minum kencing unta dari "ulama" yang disampaikan melalui video di media sosial. Video ini bahkan sempat menjadi viral.
Sebelumnya, Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) Bachtiar Nasir mengajak umat muslim Indonesia untuk meminum air kencing unta dengan dicampur susu unta. Menurut Bachtiar, air kencing unta dapat membunuh sel kanker dalam tubuh.
Anjuran Bactiar untuk minum kencing unta ini, selain berdasar hadist juga berdasarkan hasil riset yang dilakukan Dr. Faten Abdel-Rahman Khorshid. Dia adalah staf Universitas King Abdul Aziz yang juga staf Presiden Tissues Culture Unit, Pusat Penelitian Medis King Fahd.
Dalam risetnya, Faten melakukan penelitian dengan menggunakan sel kanker leukimia yang diambil dari paru-paru pasien. Sel kanker ini kemudian disuntikkan pada tikus percobaan. Tikus yang disudah disuntik dengan sel kanker leukimia tadi, kemudian diterapi dengan air kencing unta. Hasilnya, ada partikel nano dalam air kencing unta dapat melawan sel kanker dengan baik.
Atas penelitian ilmuwan Arab ini, Oscar berpendapat masih belum cukup bukti ilmiah yang cukup meyakinkan. Dia menambahkan, sebaiknya masyarakat tidak mengonsumsi air kencing unta agar tidak tertular flu unta. "Masih perlu pengembangan lanjut terhadap riset dan uji klinisnya," tutur Oscar. (amr)
Advertisement