Ini Paling Langka di Dunia, Axis Kuhlii alias Rusa Bawean Dilepasliarkan ke Alam
Hari Cinta Puspa dan Satwa, pernah dengar? Sribit-sribit kali ya... Sribit-sribit itu istilah dalam bahasa Jawa. Kalau di Indonesiakan mungkin seperti terpaan angin sepoi-sepoi. Halus, lembut, tak sampai mengoyang rambut, atau merusak tatanan rapi bekas sisiran.
Seperti itu kira-kira Hari Cinta Puspa dan Satwa. Jadi, peringatannya pun, setiap jatuh pada 5 November, tak banyak terendus media, juga medsos sekalipun. Kesannya sepi, karena memang sepi dan tak banyak yang melakukan kegiatan peringatan.
Tapi, di Jawa Timur, ada yang punya gawe itu. Gawe memperingati hari khusus itu. Adalah Balai Besar KSDA Jawa Timur. Kantornya nylempit di kawasan Raya Juanda, Sidoarjo. Sayang memang, memiliki tanggung jawab sangat besar, tapi kantornya nylempit jauh dari jalan raya sehingga tak banyak orang tahu dan melihat apa aktivitas besarnya.
Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa itu tidak dilakukan di kantor itu. Juga tidak dilakukan di salah satu kantor UPT-nya di Gresik yang juga nylempit, tetapi dilakukan di Desa Pudakit Timur, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik.
Kelihatannya memang masih di wilayah Gresik, tapi aslinya menuju kecamatan itu, apalagi desanya, masih butuh waktu tak kurang dari 4 jam perjalanan. Bukan suatu perjalanan mudah, 4 jam adalah naik kapal cepat, 8 jam adalah naik kapal Feri, dan hanya setengah jam kalau naik pesawat terbang dari Bandar Udara Juanda, Sidoarjo.
Di Bawean. Pulau Bawean. Peringatan Hari Puspa dan Satwa itu dipusatkan di pulau yang masih dalam teritori Kabupaten Gresik di Jawa Timur. Bukan asal kegiatan Balai Besar KSDA Jawa Timur membuat peringatan disana. Justru, peringatan di pulau nan jauh dari daratan itu, harusnya bergaung internasional.
Kenapa harus? Sebab, berbarengan dengan momen peringatan itu, Balai Besar KSDA Jawa Timur, dikawal langsung oleh KSDA Wilayah II Gresik, melakukan pelepas liaran Axis Kuhlii alias Rusa Bawean di hutan Pulau Bawean. Rusa yang dilepasliarkan itu adalah jenis Rusa yang tiada duanya di dunia dan hanya ada di Pulau Bawean.
Setdirjend Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Ir. Heri Subagiyadi, M.Sc., hadir dan memimpin pelepasliaran Rusa Bawean, mengatakan, momen pelepasliaran ini boleh dibilang langka. Karena memang hanya ada dan memungkinkan terjadi di Pulau Bawean. Sebab rusanya juga rusa Bawean. Hanya ada satu jenis di Pulau Bawean dan berhabitat endemik di Pulau Bawean. Tidak ada di belahan dunia yang lain.
“Populasi sangat sedikit dan memungkinkan terancam punah. Sebab itu rusa Bawean adalah Satwa yang dilindungi sesuai dengan Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia. Jumlahnya, menurut data tercatat pada 2014, hanya 275 ekor. Sebab itu apapun bentuk perburuan yang bisa mempercepat kepunahan rusa Bawean ditindak tegas,” tegas Heri Subagiyadi.
Pelepasliaran rusa ke habitat aslinya ini, lanjut dia, merupakan hal yang sangat penting dilakukan. Ini juga merupakan komitmen Pemerintah agar rusa Bawean tetap awet juga mampu berkembang secara alamiah di habitatnya. Penangkaran sifatnya juga perlu, pemanfaatan secara ilmiah juga sangat penting, tapi jangan lupa meliarkan kembali ke habitat asal serta menjaganya dari kepunahan.
Suasana hujan cukup lebat mewarnai pelepasliaran rusa Bawean. Selain Setdirjen Heri Subagiyadi, hadir juga dalam momen itu Kepala Kecamatan Sangkapura Abdul Adhim, Kapolsek Sangkapura, Danramil Sangkapura, Kepala Desa Suwari, Kepala Desa Kumlasa, sejumlah pejabat Balai Besar KSDA Jawa Timur, Tokoh Penangkar Rusa Bawean Sudirman, dan awak Media.
Total, sejumlah enam ekor rusa dilepasliarkan. Dua jantan dan empat lainnya rusa betina. Empat ekor berasal dari penangkaran milik tokoh warga lokal Bawean, Pak Sudirman. Sementara dua ekor lainnya berasal dari LK Maharani Zoo dan Goa-Lamongan. Rusa-rusa itu diliarkan kembali setelah melalui proses “sekolah” yang cukup panjang. (idi/bersambung)