Ini Kontribusi PGN dalam Program Permakanan Lansia di Surabaya
Rumahnya hanya sederhana. Tak tampak perabot mewah di dalamnya. Namun untuk urusan membantu sesama, Saroni dan istrinya luar biasa. Sudah sejak 2012 yang lalu Saroni bersama istrinya diberi amanah untuk menyediakan makanan untuk lansia.
Makanan untuk lansia ini memang salah satu program kemanusiaan unggulan Pemerintah Kota Surabaya untuk membantu para lansia yang kurang mampu. Harga per kotak makanan lansia ini hanya dibanderol sekitar Rp11 ribu saja. Saroni dan istri harus menyediakan sekitar 100 kotak makanan lansia ini. Sebelum jam 09:00 WIB pagi 100 kotak makanan lansia ini harus sudah sampai ke para lansia.
Meski harga yang dipatok per kotak hanya Rp11 ribu, namun Saroni dan istri ikhlas menjalani. Terbukti sejak 2012 lalu hingga kini Saroni dan istri tetap melayani penyediaan makanan untuk lansia ini.
Menyediakan makanan untuk lansia ini tak bisa dikatakan sebagai aktivitas bisnis murni. Karena harganya yang terlalu murah. Harus ada unsur sosial yang dikedepankan agar tabah menjalani menyediakan untuk lansia ini.
Namun meski harga yang dibanderol untuk satu kotak makanan lansia ini mepet, Pemerintah Kota Surabaya ternyata menerapkan standar yang ketat soal higienitas makanan dan tempat pembuatan. Rumah Saroni di Jalan Keputran Panjunan Surabaya termasuk salah satu yang disidak oleh tim dari Dinas Sosial Surabaya.
Hasil sidak tersebut, salah satunya adalah merekomendasikan agar dapur milik Saroni harus dikeramik, agar lebih higienis. Petugas sidak hanya memberikan waktu beberapa hari. Mereka akan kembali mengecek apakah rekomendasi itu dijalankan atau tidak.
Tentu bukan hal yang mudah untuk merenovasi dapur dalam waktu singkat untuk keluarga dengan penghasilan yang pas-pasan. Apalagi petugas sidak tak memberikan jalan keluar untuk melakukan renovasi dapur dalam waktu singkat. Misalnya dengan memberikan pinjaman lunak.
Beruntung, sejak tiga tahun yang lalu Saroni sudah menggunakan Jargas PGN. Jadi, Saroni bisa menabung karena ada selisih pengeluaran biaya energi. Pakai Jargas PGN lebih hemat.
“Saya tak membayangkan kalau tak punya tabungan. Renovasi dapur pakai biaya apa?” ujarnya.
Saroni pun membandingkan antara dulu saat masih memakai sumber energi lain untuk memasak dengan sekarang yang sudah memakai Jargas PGN. Kata dia, dulu sehari bisa menghabiskan uang sekitar Rp36 ribu. Jika dikalikan sebulan maka mereka harus mengeluarkan Rp 1.080.000 Maklum menyediakan makanan lansia tak ada liburnya sama sekali.
Sedangkan jika pakai Jargas PGN, Saroni hanya mengeluarkan uang sekitar Rp200 ribu per bulan. Jadi ada selisih sekitar Rp800 ribu per bulan. Selisih harga inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai tabungan.
Setelah benar-benar merasakan manfaat Jargas PGN, Saroni ada beberapa keinginan. Misalnya, dia ingin menambah jumlah kompor. Selama ini dia masih menggunakan satu kompor yang teraliri Jargas PGN. “Ternyata bisa minta tambahan saluran, kalau minta. Saya baru tahu,” ujar Saroni.
Keinginan berikutnya, dia ingin tabungan yang terkumpul itu nantinya bisa menjadi tambahan modal usahanya. Dia ingin usaha yang dilakoninya bersama istrinya bisa berkembang. Selama ini, sebenarnya selama ini ada banyak order yang masuk selain membuatkan makanan untuk lansia. Tapi karena modal dan tenaga yang terbatas, pesanan yang masuk itu terpaksa ditolak.
“Semoga dengan pakai Jargas ini usaha saya bisa semakin berkembang karena bisa lebih hemat,” kata dia.
Advertisement