Ini Kata Butet Dibalik Pentas Teater Gandrik Sambang Suroboyo
Sutradara sekaligus karakter utama dalam pentas seni Teater Gandrik Sambang Suroboyo, Butet Kertaradjasa bercerita di balik layar pementasan Teater Gandrik Sambang Suroboyo 2019. Hal ini disampaikan kakak mendiang Djaduk Ferianto secara eksklusif kepada ngopibareng.id.
Butet Kertaradjasa membakar sebatang rokoknya. Ia kemudian bercerita hampir membatalkan pementasan Teater Gandrik Sambang Suroboyo. Namun, lanjut Butet Kertaradjasa sambil menghisap batang rokoknya, ia harus memberikan energi positif ke semua pemain hingga akhirnya tim bisa pentas selama dua hari di Ciputra Hall Surabaya, pada Jumat-Sabtu, 6-7 Desember 2019 malam.
Rangkuman wawancara ngopibareng.id (NG) bersama Butet Kertaradjasa (BK) ditampilkan dalam berita tanya jawab di bawah ini.
NG: Bagaimana Om Butet dengan pentas Teater Gandrik selama dua hari di Surabaya? Puas atau tidak?
BK: Alhamdulillah saya puas. Penontonnya sangat apresiatif, responsif, dan mengerti dari pesan-pesan yang tersurat maupun yang tersirat dari ceita ini. Jadi, itu menunjukan penonton cerdas, jadi tidak hanya butuh dagelannya sajatapi juga bisa membaca yang tersembunyi dari pesan kami.
NG: Sejak hari pertama pentas, dihadiri oleh pejabat daerah. Mulai dari Wakil Wali Kota, mantan Ketua DPRD Kota Surabaya, hingga mantan menteri Dahlan Iskan. Bagaimana perasaannya?
BK: Ya, saya senang pejabat-pejabat publik memberikan perhatian kepada kesenian. Jadi hendaklah semakin percaya, semakin yakin, bahwa seni itu bagian yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan kualitas manusia. Mas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Nadiem Makariem) juga sudah mengatakan, bahwasanya seni itu berguna.
Jadi kalau pejabat di struktur kekuasaan itu juga mempercayai, tolong kesenian itu digunakan sebaik-baiknya untuk pengembangan manusia.
NG: Penonton pentas ini bukan hanya generasi tua, namun banyak juga milenial. Bagaimana komentar Om Butet?
BK: Saya kira generasi milenial di dalam budaya baru, budaya digital itu sangat terkoneksi dengan seluruh problem masyarakat, terkoneksi dengan pemikiran-pemikiran baru, terkoneksi dengan persoalan-persoalan sosial kita. Jadi, mereka mempunyai satu modal yang baik untuk perjalanan mereka ke depan. Akhirnya kualitas manusia relatif akan menjadi lebih baik.
NG: Pentas Teater Gandrik pertama tanpa kehadiran Om Djaduk Ferianto. Seperti apa perubahan atau ada kesulitan tersendiri bagi pribadi atau tim?
BK: Ya tentu saja ada kseulitan atau kangen. Jadi ini kan mengerjakan karya ini adalah bagian dari karya Djaduk. Proses bareng dan tampil pertama kali tanpa dia kan. Sejak meninggalnya Djaduk, ini berkesenian yang agak complicated ya baru kali ini. Jadi semua teman-teman, pemusik, pemain, merasakan ada sesuatu yang bolong dalam proses persiapan.
Tapi semua bisa mengelola emosi dengan baik dan bisa menyelesaikan kewajiban bermain dengan baik. Jadi bisa berjarak dengan situasi emosional. Berat itu karena kan baru saja peristiwa kan belum 40 harinya Djaduk meninggal. Berat sebenarnya terutama saya pribadi. Tapi saya bisa berusaha keras untuk mengambil jarak emosi itu sehingga tetap fokus pada pementasan itu untuk hasil yang terbaik.
NG: Teman-teman lain pasti down dengan meninggalnya Om Djaduk, ada kiat tersendiri dari Om Butet untuk membuat mereka bangkit?
BK: Iya iya, mereka sangat down. Saya bilang kita tidak boleh larut dalam kesedihan, harus tetap bermain secara profesional.
NG: Selepas Om Djaduk wafat, apakah sempat ada pikiran ingin membatalkan pentas?
BK: Iya benar. Saat itu kan sedang kacau dan bingung semua. Pertanyaan banyak sekali mengenai pentas ini itu apa tetap jadi, termasuk acara ini. Ya saya bilang saja sepertinya batal, karena kan masih mengurusi kematiannya. Tapi setelah itu, mulai berangsur-angsur pulih baik fisik dan emosi saya, akhirnya kita menata kembali pentas-pentas yang sudah digagas. Mulai Ngojogjakarta jazz, sampai Teater Gandrik Sambang Suroboyo ini.
NG: Pentasnya bagus sekali, ditonton semua orang. Ada pesan khusus untuk warga Surabaya yang menonton maupun yang tidak terkait pentas kali ini?
BK: Pesan saya cuma begini, budaya digital itu hendaknya bisa termanfaatkan sebaik-baiknya untuk kehidupan yang lebih baik. jangan menyalahgunakan kemajuan teknologi, perubahan kebudayaan untuk sebuah kejahatan. Gunakan seluruh pencapaian masa lalu itu atas nama dan demi kebaikan itu saja pesan saya.
NG: Ada tambahan lagi?
BK: Sudah itu saja. Itu sangat penting, dan itu juga pesan dari pentas itu.
NG: Terima kasih Om Butet Kartaradjasa atas waktunya, dan semoga sukses pentas-pentas yang lain.
BK: Terima kasih juga. Semoga ngopibareng.id tetap berkarya dan menjadi yang terbaik. Sukses selalu untuk ngopibareng.id