Ini Jurus Banyuwangi Cegah Penyebaran Omicron di Sekolah
Varian Omicron sudah terdeteksi di sejumlah kota seperti Surabaya dan Malang. Menyikapi hal ini, Dinas Pendidikan Banyuwangi sudah melakukan antisipasi untuk mencegah penyebaran varian Covid yang satu ini di kalangan pelajar.
“Kami sudah melakukan antisipasi sebelum di Surabaya ada temuan. Kita sejak seminggu pertama penerapan PTMT 100 persen sudah lebih awal melakukan verifikasi, validasi, terutama keterlaksanaan prokes (protokol kesehatan),” jelas Plt Dinas Pendidikan Banyuwangi, Suratno, Rabu, 19 Januari 2022.
Suratno menjelaskan, dari hasil verifikasi didapatkan kesimpulan pelaksanaan pertemuan tatap muka terbatas (PTMT) 100 persen yang sudah berjalan itu cukup mengkhawatirkan. Sehingga segera setelah itu, tepatnya di minggu kedua Januari, pihaknya mengeluarkan Surat Edaran untuk kembali melakukan pembatasan proses pembelajaran 50 persen.
“Bisa menggunakan sistem shift satu atau shift dua, atau menggunakan blended learning, campuran, bisa separuh daring, separuh luring,” tegasnya.
Dengan sistem yang diterapkan saat ini, lanjutnya, sejauh ini proses pembelajaran berjalan lancar. Sistem ini dilakukan karena Dinas Pendidikan Banyuwangi ingin tetap menjamin agar saat varian Omicron datang, Banyuwangi sudah benar-benar siap dengan protokol kesehatan yang ketat.
Para siswa sudah ditata tempat duduknya dengan jarak konsisten 1,5 meter atau lebih pada masing-masing anak. Pengaturan penggunaan masker juga lebih terkontrol. Berbeda saat penerapan PTMT 100 persen di awal semester genap lalu. Pihaknya melihat guru-guru kewalahan untuk mengontrol pelaksanaan protokol kesehatan khususnya di jam-jam istirahat.
“Menimbulkan kerawanan. Belum lagi konsistensi pencucian tangan pakai sabun. Jadi kita sudah mengantisipasi, mudah-mudahan tidak sampai di Banyuwangi,” tegasnya.
Selain menerapkan sistem ini dalam pelaksanaan PTMT, menurut Suratno, pihaknya juga terus berusaha meningkatkan capaian vaksinasi pada anak-anak. Saat ini, menurutnya vaksinasi anak-anak 6-11 tahun sudah mencapai 71 persen.
"Semakin tinggi capaian, maka semakin sulit untuk mencapai 100 persen," katanya.
Menurutnya, hal ini juga disebabkan semakin sulitnya mencari anak yang belum melaksanakan vaksinasi. Belum lagi ada penolakan dari orang tua karena adanya komorbid. Hal ini, lanjutnya, akan menjadi perhatian Dinas Pendidikan pada minggu-minggu ini.
“Seperti ditargetkan ibu bupati, akhir bulan Januari harapannya vaksinasi anak-anak bisa 100 persen. Sambil kita koordinasi dengan Dinkes untuk secara random melakukan surveilance secara acak. Sehingga kalau ada temuan bisa segera terdeteksi,” pungkasnya.
Advertisement