Ini Si Edi "Gendeng" Persik Mania, Pengendali Keributan Suporter
Sosok suporter ini selalu tampak saat Persik bertanding di Stadion Brawijaya Kediri. Dia adalah Edi Gendeng. Orang sering menyebut sebagai Edi GD alias Edi Gendeng
Edi Gendeng bukan suporter biasa. Dia biasanya juga dipercaya ikut ambil bagian menjadi panitia pelaksana (panpel) pertandingan. Tugas utamanya adalah sebagai koordinator lapangan suporter Persik Mania.
Jika dalam suatu pertandingan terjadi kericuhan. Edi GD menjadi orang pertama yang terjun langsung ke tribun untuk melerai perkelahian antar suporter. Sebagai salah satu dedengkot suporter Persik Mania, Edi GD tergolong Persik Mania senior. Makanya tak heran jika dia kemudian disegani oleh suporter lainnya.
"Saya suka Persik ketika Stadion Brawijaya belum ada tempat duduk tribun. Saat itu komunitas suporter masih belum terbentuk. Suporter hanya berasal dari wilayah Kota Kediri. Belum ada YSP (Yayasan Suporter Persik), lalu lambat laun berubah menjadi FKSP," kata pria yang sekarang ini bekerja di Satpol PP Kota Kediri ini, Minggu 17 April 2022.
Kata Edi Gendeng, perjalanan Persik untuk bisa mempunyai suporter yang loyal seperti sekarang sebenarnya tak mulus. Saat itu sebenarnya Persedikab prestasinya jauh lebih moncer dibanding dengan Persik Kediri. Namun, kemudian suporter Persik Kediri semakin lama semakin bertambah dan semakin loyal.
Kata Edi, tak lepas prestasi Persik Kediri yang mulai menanjak. Lambat laun Persik Kediri juga semakin banyak dicintai oleh para suporter dari wilayah Kabupaten Kediri.
Saat suporter mania Persik Kediri semakin bertambah banyak itu, Edi GD pernah mendapatkan wejangan dari almarhum Haji Maschut. Haji Maschut adalah Ketua Umum Persik Kediri saat itu.
"Saya masih ingat omongan Pak Maschut, saat itu. Ndheng (Gendeng/Gila) selama Persik masih ada di Kediri awakmu harus ikut cawe-cawe keamanan di lapangan," kata Edi mengingat.
Selama menjadi suporter Persik Mania, pria berusia 55 tahun ini kerap kali pergi keluar kota mendukung tim kesayangannya bertanding. Bahkan saat itu dirinya sering terlibat perkelahian dengan pendukung tim lawan. Edi pun tak pernah merasa dirinya lebih tua dari para suporter lainnya.
Karena dianggap memiliki kontribusi dan selalu membantu persiapan Persik Kediri saat bertanding, Edi kemudian ikut dilibatkan dalam panitia pelaksana (panpel) pertandingan.
"Saat itu saya tidak memikirkan honor yang saya terima berapa. Bahkan dulu ia rela tidak dibayar, terpenting bisa nonton Persik bermain saya sudah sangat senang sekali," katanya.
Di era serba digital saat ini ia menilai suporter sekarang jauh lebih kreatif dibandingkan dulu. Karena itu ia berharap para suporter selalu kompak memberikan dukungan ketika Persik bertanding.
Selama terlibat dalam panpel Edi telah merasakan pengalaman jatuh bangunnya tim sepak bola Persik Kediri. Mulai dari Persik terdegradasi ke Liga 2 hingga terjerumus ke liga 3.Bahkan saat Persik bangkit hingga juara liga Indonesia sebanyak 2 kali dan juara Liga 2.
"Saya anggap semua manajer berprestasi. Cuman era kejayaan Persik saat itu di era Mas Iwan Budianto. Kemudian disusul kepemimpinan manajer Beny Kurniawan. Saya salut semua kepada mereka, para manajer," katanya.
Edi juga berjanji selama Persik Kediri masih tetap di Kediri akan tetap mendukung. Penyebabnya, warga Kediri masih bisa menikmati hiburan sepak bola dan punya tim kebanggaan.
"Lebih beruntung lagi, kalau manajemen berkenan bisa merenovasi Stadion Brawijaya," kata suporter yang memiliki nama lengkap Edi Susanto yang tinggal di Gang Bendon Kelurahan Banjaran Kota Kediri.