Ini Bahayanya Jika Masyarakat Surabaya Konsumsi Ikan yang Tercemar Limbah Popok
Berdasarkan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Andreas Agus Kristanto Nugroho, mengatakan, dari sample 10 ekor ikan yang ditelitinya, 8 diantaranya sudah tercemar limbah popok bayi. Ikan-ikan itu kemudian menjadi sangat bahaya bila dikonsumsi manusia, sebab mengandung zat fiber dan microplastik.
Andreas mengatakan, zat plastik yang dikonsumsi ikan itu tidak akan bisa tercerna, karena plastik tak bisa terurai. Plastik hanya bisa berubah bentuk. Dari bentuk yang terlihat hingga ke yang terkecil, plastik tetap plastik.
"Plastik dari popok bayi itu tidak akan bisa dicerna. Dia hanya berubah menjadi microplastik, kata Andreas.
Microplastik akan mengikat banyak bahan pencemar. Dan kalau sudah mengikat bahan itu yang akan terserap oleh tubuh. Pencemaran itu akan masuk dalam sistem pencernaan dan terakumulasi di badan ikan.
Menurutnya, semakin ikan itu mengakumulasi bahan-bahan pencemar yang ada di perairan, maka semakin zat berbahaya tertimbun dalam tubuh ikan. Bahayanya, jika sebagian besar masyarakat Surabaya mengkonsumsi ikan-ikan itu. Karena dalam rantai makanan, maka semakin tinggi dia di posisi ekosistem, maka semakin dia mengumpulkan bahan-bahan tercemar yang ada di bawahnya.
"Kita kan sekarang fine-fine aja ikannya makan plastik, tapi masalahnya akan timbul di kemudian hari, penyakit semakin mudah di manusia," ujarnya.
Salah satu bahaya jika manusia mengkonsumsi ikan yang tercemar plastik itu adalah Endocrine Disrupture Chemicals (EDC). EDC kata Andreas adalah zat yang menyerupai sistem endokrin yang akan dibaca oleh sistem tubuh sama seperti aslinya.
"Saya berikan contoh menstruasi anak-anak kita ke depan ini semakin cepat, dulu usia SMP, sekarang SD sudah mentrusasi, karena ada zat EDC sudah masuk ke tubuh anak-anak kita, dan masih banyak lagi bahayanya," pungkas dia.
Dalam penelitian itu Ecoton telah mengumpulkan sejumlah 40 ekor ikan dari Sungai Brantas dan Sungai Surabaya, diantaranya adalah ikan Dukang di Muara Wonorejo, ikan Nila di Gunung Sari, kemudian ikan Rengkik, Jendil dan Keting di daerah hulu. (frd/amr)
Advertisement