Ini Alasan Penganut Aliran Kepercayaan Minta Jenazahnya Dikremasi
Upaya pemerintah kota Surabaya membangun Krematorium di daerah Keputih, Surabaya Timur, menggembirakan komunitas aliaran kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena bisa melakukan perabuan dengan biaya murah. Bahkan bagi jenazah yang tidak mampu atau meninggal karena bencana alam, digratiskan.
Sebelumnya masyarakat termasuk penganut aliran kepercayaan yang menghendaki jenazah keluarganya dikremasi, selalu menggunakan jasa Krematorium di Kembang Kuning yang biayanya cukup mahal.
Kabar penganut aliran kepercayaan banyak yang mewasiatkan kalau meninggal dunia jenazahnya dikremasi atau diabukan, mungkin mengagetkan. Sebab yang diketahui masyarakat selama ini jenazah yang diabukan adalah bagi yang beragama Hindu dan Buda.
Koordinator Wanita Aliran Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa Jawa Timur, Djulaika, mengatakan, meskipun bukan wajib , tapi pada perkembangan terakhir, banyak komunitas aliran kepercayaan yang mewasiatkan kalau sewaktu waktu meninggal dunia agar jenazahnya dikremasi. "Kami memahami kalau masyarakat ada yang menganggap tidak lazim, tapi inilah pilihan kami," kata Djulaika, kepada ngopibarang.id di Krematorium Surabaya, Keputih, Kamis 13 Juni 2019.
Menurut Djulaika di Jawa ini terdapat ratusan komunitas aliran kepercayaan yang tersebar di beberapa daerah. Tapi yang banyak pengikutnya adalah Sapta Dharma.
"Sebagian besar komumitas Sapta Dharma kalau meniggal dunia minta dikremasi, tidak ingin dikebumikan seperti orang Islam dan Kristen," katanya.
Alasannya sederahana, supaya tanah bisa dimanfaatkan untuk orang yang masih hidup. Selain itu supaya tidak merepotkan keluarga yang ditinggalkan, karena harus merawat dan bayar sewa tanah makam kalau tidak ingin digusur.
"Dengan dikremasi kemudian abunya dilarung di tengah laut bisa mempercepat proses penyatuan dari tanah kembali ke tanah, tutur Djulaika, didampingi beberapa pengurus komunitas aliran kepercayaan Surabaya.
Anggota komunitas Sapta Dharma Surabaya, merupakan salah seorang yang telah membuat wasiat kepada keluarga supaya jenazahnya dikremasi. "Saya ingin tanah makam saya bisa dimanfaatkan untuk yang masih hidup," kata Nobon yang bergelut di dunia jurnalistik.
Beberapa perwakilan dari agama Hindu dan Buda, juga hadir pada peresmian krematorium satu-satunya milik pemerintah di Indonesia. Mereka juga akan memanfaatkan fasilitas milik Pemkot Surabaya ini, bilamana memerlukan.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan, pembangunan Krematorium Surabaya ini dilakukan secara bertahap sejak 2014-2019. Dilengkapi fasilitas pendopo, ruang penitipan jenazah. Uji coba pengabuan dilakukan 27 April 2019 menggunakan media tulang sapi yang dimasukkan peti kayu dan hasilnya cukup baik. Di Krematorium ini terdapat tiga unit pengabuan. (asm)