Ini Alasan Nyamuk Wolbachia Belum Diterapkan di Surabaya
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, dr Nanik Sukristina mengatakan, pemerintah belum menerapkan penyebaran nyamuk Wolbachia sebagai pencegahan terhadap nyamuk demam berdarah.
Hal ini karena Surabaya bukan termasuk wilayah yang diprioritaskan Kementerian Kesehatan pengembangan metode nyamuk Wolbachia.
"Kota Surabaya bukan merupakan wilayah intervensi untuk pengembangan metode penyebaran nyamuk Wolbachia ini," terang Nanik, Selasa, 12 Desember 2023.
Kata Nanik, kasus DBD di Surabaya tidak tinggi dan cenderung mengalami penurunan kasus pada periode yang sama dari tahun sebelumnya. Dibandingkan tahun lalu, tahun ini terjadi penurunan angka kasus 6 persen.
"Tren kasus DBD cenderung menurun apabila dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya," papar Nanik.
Nanik menyebut, berdasarkan data kasus yang ada mayoritas kasus DBD masih dialami anak-anak sekolah dengan rentang usia 5 sampai 14 tahun.
Oleh karena itu, agar tak ada kenaikan kasus DBD di Surabaya pada musim hujan, pemerintah melakukan upaya pencegahan dan pengendalian DBD terus secara berkesinambungan.
Nanik mengimbau, masyarakat untuk secara berkala melakukan 3M seperti menguras dan menyikat bersih bak mandi, menutup rapat tempat penampungan air, dan juga mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air.
Katanya, pemerintah telah mengeluarkan surat Edaran Kewaspadaan Demam Berdarah Dengue di awal musim hujan.
Diinformasikan, sebagai langkah antisipasi dan menekan angka kasus Demam Berdarah Denque (DBD), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) sejak tahun 2022 mengembangkan metode nyamuk Wolbachia. Metode ini pertama kali diterapkan di Kota Semarang.
Nyamuk Wolbachia merupakan nyamuk Aedes aegypti pembawa virus demam berdarah dengue yang telah dimasukan bakteri Wolbachia. Bakteri tersebut akan melemahkan virus dengue, penyebab DBD yang ada pada nyamuk Aedes aegypti.