Ini 5 Plus-Minus Kedatangan Alfred Riedl di Persebaya
Alfred Riedl resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala Persebaya menggantikan Djajang Nurdjaman yang dipecat setelah kinerjanya dianggap buruk. Ekspektasi tinggi kini ada di pundak Riedl yang diharapkan mampu mengangkat performa Persebaya di putaran kedua.
Dengan segudang pengalamannya, pelatih 69 tahun ini dinilai sebagai sosok yang tepat untuk menempati kursi pelatih kepala Bajul Ijo. Bahkan antusiasme publik, khususnya Bonek Mania sangat besar terhadap kedatangan pelatih yang akrab disapa Opa ini.
Ridle memang tak asing dengan sepak bola Indonesia. Pelatih asal Austria ini tahu banyak soal gaya permainan tim-tim di Indonesia. Maklum, saat masih menukangi Timnas Indonesia, Riedl kerap mengamati permainan tim-tim Indonesia maupun individu para pemain.
Namun di Persebaya, Riedl bisa dipastikan masih meraba-raba karena tak banyak pemain Bajul Ijo yang akrab di mata Riedl. Nyaris hanya Hansamu Yama Pranata, Otavio Dutra, dan Ruben Sanadi yang ia ketahui, terutama Hansamu yang pernah ia besut ketika menukangi Timnas Indonesia senior maupun Timnas U-23.
Lantas, mampukah Riedl membawa Persebaya bangkit dari keterpurukan? Berikut lima sisi positif dan negatif kedatangan Riedl di Persebaya versi Ngopibareng.id:
5 Sisi Positif Alfred Riedl:
Kenyang pengalaman
Alfred Riedl memiliki segudang pengalaman sebagai pelatih. Tercatat 16 tim di level Timnas dan klub pernah ia tangani. Sehingga kemampuan Riedl tak perlu diragukan lagi.
Kenali kultur dan karakter
Riedl sudah mengenal kultur dan karakter sepak bola Indonesia. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi.
Pentingkan hasil
Pelatih yang menjadi direktur teknik Timnas Vietnam ini dikenal pragmatis dalam memilih skema permainan maupun formasi. Bermain cantik bukan prioritas Riedl, karena ia lebih mementingkan hasil. Dalam kondisi seperti sekarang, Persebaya memang lebih membutuhkan hasil ketimbang main cantik tapi buruk dari segi hasil.
Jeli pilih pemain
Riedl dikenal jeli dalam memilih pemain di setiap posisi. Dia juga memiliki keberanian dalam melakukan evolusi dengan memberi kesempatan pemain bertalenta meski minim jam terbang. Hal itu terbukti ampuh ketika dia berhasil mengantarkan Timnas ke final Piala AFF 2016 dengan sederet wajah baru.
Dekat dengan pemain
Riedl dikenal memiliki pendekatan yang sangat baik pada pemain. Hampir setiap tim yang ia pegang, para pemain selalu nyaman dengan Riedl, sehingga para pemain memiliki motivasi ekstra karena merasa dekat dengan sang pelatih.
5 Sisi Negatif Alfred Riedl:
Ilmu kepelatihan kuno
Usia Alfred Riedl yang sudah mendekati kepala tujuh bisa jadi membuat ilmu kepelatihan Riedl sudah kuno jika dibandingkan pelatih-pelatih yang lebih muda. Setidaknya, hal itu tergambar dari pilihan formasi 4-4-2 yang kerap dimainkan Riedl saat memegang kendali tim.
Kendala bahasa
Opa juga belum mahir berbahasa Indonesia. Meski ada sejumlah pemain Persebaya yang bisa berbahasa Inggris, tentu jumlahnya tak banyak. Kendala bahasa ini bisa menjadi persoalan bagi Riedl yang lebih sering menggunakan Bahasa Inggris dalam memberikan instruksi ke para pemain Persebaya.
Spesialis runner-up
Selama menangani Timnas Vietnam dan Timnas Indonesia, baik Timnas senior maupun Timnas Indonesia U-23, Riedl belum sekali pun mengantarkan tim besutannya juara. Prestasi terbaik Riedl di tiga tim itu hanya sebatas runner-up, atau spesialis runner-up.
Perubahan butuh adaptasi
Ekspektasi tinggi terhadap Riedl bisa saja berakhir mengecewakan. Karena perubahan penanganan tim (metode latihan serta taktik yang diterapkan) bisa jadi membuat para pemain Persebaya harus beradaptasi lagi. Jika itu yang terjadi, akan membutuhkan waktu untuk tampil maksimal di awal putaran kedua nanti.
Belum pernah latih klub
Selama berada di Indonesia, Riedl belum pernah melatih sebuah klub. Ada perbedaan mendasar antara menangani timnas dengan klub. Jika di Timnas ia terbiasa mendapatkan pemain terbaik, di klub, Riedl harus memaksimalkan stok pemain yang ada.