Ini 5 Catatan Penting Tragedi Kematian 127 Orang di Kanjuruhan
Tragedi kematian suporter dalam kerusuhan pada laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu 1 Oktober 2022 menjadi kisah pilu dalam sejarah sepak bola Indonesia. Pasalnya, jumlah korban meninggal dalam kerusuhan ini sangat besar.
Total, sebanyak 127 orang harus meregang nyawa, sementara 180 orang lainnya luka-luka dan mendapat perawatan intensif di dua rumah sakit di Kabupaten Malang, yakni RSUD Kanjuruhan dan RS Wava Husada.
Kematian ratusan suporter dan dua anggota polisi ini diduga akibat sesak napas setelah mereka menghirup asap dari tembakan gas air mata yang dilakukan polisi saat kerusuhan terjadi.
Sebagai informasi, kericuhan ini dipicu kekalahan 2-3 Arema FC dari Persebaya dalam laga lanjutan Liga 1 2022/2023 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Diawali masuknya ribuan Aremania ke dalam lapangan sesaat setelah wasit membunyikan peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan.
Polisi yang mencoba menghalau mereka justru menjadi sasaran amukan mereka. Dari keterangan Kapolda Jatim, Irjen Pol Nico Afinta, karena suporter semakin brutal dan menyerang aparat, gas air mata pun ditembakkan.
Selain itu, ada fakta-fakta lain terkait tragedi kemanusiaan ini. Berikut beberapa catatan dari peristiwa ini yang dihimpun Ngopibareng dari berbagai sumber:
Jumlah korban tewas yang mencapai 127 orang merupakan yang terbesar di Indonesia.
Korban meninggal dunia dalam tragedi kematian suporter ini merupakan yang terbanyak kedua setelah tragedi di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964 dengan korban 328 orang.
Ini merupakan kematian suporter terbesar di dunia yang diakibatkan tembakan gas air mata yang dilakukan polisi.
Penggunaan gas air mata dilarang keras oleh FIFA dalam pengamanan sebuah pertandingan di stadion, tapi masih digunakan pada laga Arema vs Persebaya.
Tragedi yang menewaskan 127 suporter dalam jumlah besar ini menggeser insiden di Accra Sports Stadium, Accra, Ghana pada 5 September 2001 dengan korban 126 orang.
Advertisement