Ini 4 Mitos Kanker Ovarium yang Tidak Benar
Fakta dan mitos seputar dunia kesehatan kerap menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. Salah satunya fakta dan mitos mengenai kanker ovarium atau kanker indung telur.
Kanker ovarium lebih sering terjadi pada wanita pascamenopause. Hingga saat ini, penyebab terjadinya kanker ovarium belum diketahui dengan pasti. Namun, kanker ovarium lebih sering terjadi pada wanita lanjut usia (lansia) dan wanita yang memiliki keluarga dengan riwayat kanker ovarium.
Meluruskan hal tersebut Adi Husada Cancer Center (AHCC), sebagai layanan kanker terpadu dan terintegritas dibawah naungan RS Adi Husada Undaan Wetan, mengungkapkan beberapa mitos kanker ovarium yang tidak benar di kalangan masyakat.
Berikut ini rangkuman empat mitos seputar kanker ovarium tersebut.
1. Hanya menyerang wanita usia 50 tahun
Sebanyak 80 persen wanita didiagnosis kanker ovarium saat berusia 50 tahun ke atas. Sedangkan 20 persen sisanya adalah wanita usia muda. Jadi, berapapun usianya seorang wanita harus tetap waspada pada kanker ovarium.
2. Dideteksi melalui tes urine
Kanker ovarium tidak dapat dideteksi dengan tes skrining rutin seperti kanker serviks. Karena kanker ini hanya bisa diketahui melalui gejala yang muncul.
Kanker ovarium jarang menimbulkan gejala pada stadium awal. Oleh sebab itu, kanker ovarium biasanya baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut atau sudah menyebar ke organ lain.
Gejala stadium lanjut dari kanker ovarium juga tidak terlalu khas dan menyerupai penyakit lain. Antara lain perut kembung, mual, pembengkakan pada perut, keluar darah dari organ intim, hingga perubahan siklus menstruasi.
3. Bisa dicegah dengan vaksin HPV
Faktanya, vaksin HPV tidak akan bisa melindungi wanita dari kanker ovarium. Karena vaksin HPV hanya bisa melindungi kanker yang disebabkan oleh virus HPV, seperti kanker serviks. Sementara kanker ovarium tidak disebabkan oleh virus HPV.
4. Sama seperti kanker serviks
Kanker ovarium jelas berbeda dengan kanker serviks. Keduanya memang masuk dalam tipe kanker ginekologis bersama dengan kanker uterus, vagina, dan vulva.
Dari segi organ yang terkena kanker pun juga berbeda. Kanker serviks menyerang mulut rahim sementara ovarium menyerang indung telur.
Untuk itu, berkonsultasi dengan dokter merupakan pilihan yang tepat daripada mendengarkan fakta dan mitos yang belum tentu kebenaranya.
AHCC sebagai layanan kanker terpadu mempunyai tenaga medis yang sangat berpengalaman untuk melakukan konsultasi.
Advertisement