Ini 3 Mantan Pemain Dunia yang Kini Melatih Tim Medioker
Memiliki nama besar atau terkenal ketika bermain masih menjadi pemain ternyata tak menjamin mereka juga akan bekerja sebagai pelatih di tim besar pula. Padahal, kawan sejawat mereka sudah melatih tim raksasa.
Sebut saja Pep Guardiola di Manchster City, Ole Gunnar Solskjaer di Manchester United, Mikel Arteta di Arsenal, Frank Lampard di Chelsea, Gennaro Gattuso di Napoli, hingga Zinedine Zidane di Real Madrid.
Setidaknya Ngopibareng.id merangkum tiga pemain dunia yang kini melatih klub medioker atau klub kecil:
1. Siniša Mihajlović - Bologna
Saat menjadi pemain, Sinisa Mihajlovic merupakan pemain inti bagi 4 tim Serie A. ia pernah memperkuat AS Roma, Sampdoria, Lazio, hingga terakhir Inter Milan. Posisi asli pemain asal Yugoslavia/Serbia itu adalah bek tengah. Namun tak jarang ia bermain sebagai gelandang bertahan.
Kepiawaiannya dalam bermain dan melepaskan tendangan jarak jauh membuatnya menjadi salah satu andalan di Timnas Yugoslavia, yang kemudian menjadi Serbia. Setidaknya ia mencatatkan 63 caps dan 10 gol untuk dua timnas yang ia bela. Hingga akhirnya ia pensiun di Inter Milan pada tahun 2005-2006.
Ia memulai karirr pelatihnya di Inter Milan di tahun yang sama sebagai asisten Roberto Mancini. Namun ia harus pergi pada tahun 2008 lantaran manajemen Inter mendepak Mancini untuk membawa Jose Mourinho ke Guissepe Meazza.
Tak lama setelah itu, ia menukangi Bologna. Namun ia hanya bertahan semusim sebab tak bisa mengangkat prestasi timnya. Malah Bologna terus bertengger di papan bawah Serie A musim 2008/2009.
Setelah melanglang buana di beberapa klub dan Timnas, seperti Catania, Fiorentina, Timnas Serbia, Sampdoria, AC Milan, Torino, dan Sporting Lisbon. Mihajlovic kembali dipercaya menukangi Bologna sejak tahun 2019 ini. Dengan kecerdikannya, Bologna berhasil bertengger di posisi 12 klasemen akhir Serie A musim ini.
2. Alessandro Nesta – Frosinone
Ketika aktif bermain, Alessandro Nesta adalah momok bagi penyerang di Serie A maupun Eropa. Ia adalah bek tangguh asal Italia yang sangat piawai dalam menyapu bola dari kaki lawan. Seorang Lionel Messi pun kesulitan ketika berhadapan dengan Nesta beberapa musim lalu.
Pemain Lazio yang juga lama bermain bersama AC Milan itu merupakan pemain langganan Timnas Italia. Bersama Fabio Cannavaro dan Marco Materazzi, Nesta berhasil membawa Gli Azzuri juara Piala Dunia 2006 yang digelar di Jerman.
Setelah memutuskan pensiun dari Serie A pada musim 2011/2012. Nesta sempat merumput di klub asal Kanada Montreal Impact dan klub India Chennaiyin FC. Ia hanya bertahan tiga tahun sebagai pemain di dua negara itu.
Tepat pada musim 2015/2016, Nesta memulai karir kepelatihannya. Ia didapuk sebagai pelatih klub Amerika Serikat, Miami FC pada September 2015. Tiga musim menjabat sebagai pelatih, Nesta membawa Miami FC berbicara banyak di North America Soccer League. Namun ia mengundurkan diri pada 2017 setelah kalah di pertandingan play-off melawan New York Cosmos.
Di tahun 2018, Nesta ditunjuk sebagai pelatih kepala Perugia. Ia hanya bertahan semusim. Padahal ia bisa membawa Perugia bertengger di posisi 8 klasemen akhir Serie B musim 2018/2019. Setelah kalah 1-4 dari Verona di promotion playoff, Nesta akhirnya didepak oleh manajemen.
Kini, setelah melanglang buana di berbagai klub. Nesta kembali ditunjuk sebagai pelatih klub medioker, Frosinone. Lagi-lagi, Nesta berhasil membawa klub itu berada di peringkat 8 klasemen Serie B musim ini.
3. Xavi Hernandez
Siapa yang tak mengenal sosok Xavi Hernandez. Mantan penggawa Barcelona selama 18 tahun itu benar-benar menawan ketika bermain. Keahliannya dalam menghandle dan mengoper bola menjadikan Xavi sebagai pemain inti dalam taktik Tiki-Taka Pep Guardiola kala menukangi Barca pada musim 2008-2012. Bersama Andres Iniesta, ia merupakan pemain yang paling bisa menerjemahkan skema penguasaan bola ala Pep.
Semasa aktif bermain, Xavi menjadi primadona, idola, dan teladan bagi mereka yang mencintai olahraga si kulit bundar. Banyak pemain muda apalagi di Indonesia yang berusaha bermain layaknya Xavi.
Setelah pensiun pada musim panas 2015, saat dirinya berhasil mengantar La Blaugrana meraih trofi Liga Champions, Copa del Rey, dan La Liga, Xavi langsung pergi dari negeri Matador. Secara mengagetkan, ia bergabung dengan tim Qatar, Al-Sadd. Di klub itu ia juga ditunjuk sebagai ambassador bagi Piala Dunia 2022 Qatar.
Saat bermain di Al-Sadd selama 4 tahun sejak 2015. Xavi berhasil mengantarkan klub tersebut sebagai juara Qatar Star League, Emir of Qatar Cup, Qatar Cup, dan Qatar Super Cup. Pada 2 Mei 2019, Xavi akhirnya memutuskan untuk gantung sepatu sebagai pemain profesional. Tak lama setelah itu, karir kepelatihannya dimulai.
Setelah 26 hari pensiun, Xavi akhirnya memutuskan untuk menjadi pelatih tim yang ia bela di akhir karirnya sebagai pemain itu. Baru semusim menjadi juru taktik tim asal Qatar tersebut, ia sudah berhasil membawa timnya menjuarai Qatar Star League tahun 2019. Di tahun keduanya, kecerdikan Xavi berhasil mengantarkan Al-Sadd juara Qatar Cup tahun ini.