Ingin Perbaikan dan Penurunan Retribusi Pasar, APPSI Jember Merapat ke Paslon 02
Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Jember menyatakan telah merapat ke pasangan nomor urut 2, Gus Fawait - Djoko Susanto. Keberpihakan tersebut didasari keinginan adanya perbaikan manajemen pasar di Jember.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kabupaten Jember, Muhadi mengatakan, MCK seluruh pasar di Kabupaten Jember tidak tersentuh pembangunan sejak tahun 1992. Sehingga kondisi pasar saat ini menjadi kumuh. Salah satunya terjadi di Pasar Tanjung.
Pasar Tanjung yang menjadi ikon pasar di Jember terlihat kumuh. Sehingga masyarakat menjadi enggan untuk masuk ke dalam pasar untuk berbelanja.
Tak hanya persoala MCK, Pasar Tanjung sampai saat ini juga tidak memiliki fasilitas tempat ibadah. Keinginan adanya pembangunan musalla sudah disampaikan kepada bupati-bupati sebelumya, namun sampai saat ini belum ada realisasi.
Selain persoalan infrastruktur pasar, pedagang juga menginginkan adanya perbaikan manajemen pasar di Kabupaten Jember, khususnya Pasar Tanjung. Muhadi menilai manajemen Pasar Tanjung saat ini semeraut.
Pertama terkait penataan dan penempatan pedagang. Pemerintah menempatkan pedagang ikan dan daging di lantai dua.
Air dari ikan dan gading setiap hari mengalir, hingga membuat lantai dua menjadi becek dan berbau. Bahkan, tak jarang air sisa pencucian ikan mengalir ke lapak yang ada di lantai satu.
"Penataan pedagang ikan di lantai dua sudah terjadi sejak tahun 19992. Dari dulu air ikan menetes ke bawah sehingga mengganggu. Semestinya pedagang ikan dan daging ditempatkan di lantai satu," katanya, Sabtu, 12 Oktober 2024.
Manajemen lain yang perlu diperbaiki tentang keberadaan pedagang kaki lima. Jumlah PKL saat ini sudah memadati jalan di kawasan Pasar Tanjung.
Keberadaan mereka sudah pasti menggangu pedagang yang menyewa lapak di dalam pasar. Lahan parkir untuk pembeli menyepit, sehingga mereka memilih berbelanja di PKL dari pada berbelanja di dalam pasar.
Hal itu terjadi karena jam operasional PKL melanggar Perda. Sesuai perda, PKL baru bisa beroperasi mulai pukul 14.00 WIB. Namun, kenyataannya para PKL sudah beroperasi mulai pukul 11.00 WIB.
Sementara barang yang dijual PKL sama dengan barang yang dijual pedagang yang ada di dalam pasar.
Atas persoalan tersebut, dalam momentum pilkada, pedagang pasar tanjung mencoba memahami visi dan misi tiap pasangan calon. Setelah membaca dengan seksama, APPSI Jember akhirnya memutuskan sikap merapat ke Gus Fawait - Djoko Susanto.
"Kami telah membaca visi misi semua pasangan calon. Pasangan calon nomor urut 01 memang ada visi memajukan UMKM tetapi tidak menyentuh pasar. Visi misi perbaikan pasar kamu temukan di pasangan calon nomor urut 02. Itulah yang menjadi dasar kami merapat ke Gus Fawait," tegasnya.
Salah satu visi misi pasangan calon yang membuat APPSI Jember memutuskan merapat ke Gus Fawait, yakni terkait penurutan retribusi pedagang hingga 100 persen. Persoalan retribusi memang sudah lama dikeluhkan pedagang, namun tak kunjung mendapatkan respons dari pemerintah.
Muhadi menyebut, retribusi pedagang di tujuh pasar tradisional di Jember mengalami kenaikan 100 persen, yakni Pasar Tanjung, Kalisat, Rambipuji, Balung, Ambulu, Tanggul, dan Kencong.
Pedagang yang awalnya membayar retribusi Rp 650 ribu per tahun, saat ini menjadi Rp 1.350.000. Sedangkan yang awalnya membayar Rp 100 ribu kini menjadi Rp 170 ribu.
"Satu point menarik, visi misi Paslon nomor urut 2 adalah penurunan 100 persen retribusi pasar. Saya yakin beliau amanah, meskipun tanpa kontrak politik tertulis," pungkasnya.
Sementara itu, Gus Fawait, yang mendengarkan langsung keluhan pedagang terkait kondisi pasar berjanji akan menyelesaikan persoalan yang terjadi di pasar, terutama soal retribusi. Semangat membantu pedagang pasar sebagai upaya menjalankan pesan Prabowo Subianto, bahwa sebagai pemimpin harus memperhatikan pedagang tradisional. Sebab mereka salah satu penyangga ekonomi.
Selain menurunkan retribusi hingga 100 persen, Gus Fawait juga berjanji memperbaiki manajemen pasar, termasuk membangun fasilitas ibadah.
"Tempat ibadah di pasar harus ada. Di samping berjualan cari nafkah, mereka juga ingin beribadah. Sangat disayangkan kalau tempat ibadah saja tidak ada. Padahal Jember ini terkenal dengan kabupaten yang memiliki jumlah pesantren terbanyak se-Indonesia," pungkasnya.