Inggris dan Uni Eropa Berebut Jatah Vaksin Astrazeneca
Kelangkaan vaksin menyebabkan Inggris terlibat konflik klaim vaksin dengan Uni Eropa. Konflik mencuat setelah Uni Eropa menolak klaim bahwa Inggris akan mendapat vaksin pertama yang diproduksi oleh Astrazeneca di pabrik setempat.
Penolakan itu disampaikan oleh Komisioner Kesehatan Uni Eropa atas pernyataan yang dibuat oleh pimpinan Astrazeneca, Pascal Soriot, jika pabriknya berkewajiban menyuplai Inggris terlebih dahulu, pada Rabu, 27 Januari 2021, waktu setempat.
"Kami menolak logika siapa cepat dia yang dapat. Prinsip itu mungkin bisa berlaku di toko daging. Tapi tidak di dalam kontrak dan tidak di dalam pengawasan kami," kata Stella Kyriakides sambil menyatakan jika Inggris tak seharusnya mengambil keuntungan dengan membuat kontrak bersama AstraZeneca, tiga bulan lebih awal, sebelum Uni Eropa, dilansir dari The Guardian.
Uni Eropa telah berinvesitasi mencapai 336 juta pondsterling untuk 400 juta dosis vaksin. Sebanyak 100 juta vaksin akan diterima sebelum April.
Sementara, Astrazeneca meyakinkan akan memenuhi pasokan vaksin mencapai 2 juta dosis setiap minggunya, kepada Inggris.
Inggris sendiri keluar dari program pengadaan vaksin Uni Eropa. Sumber di dalam pemerintahan Inggri menyatakan jika Astrazeneca bisa menyuplai kebutuhan pihak lain, jika telah memproduksi 100 juta vaksin untuk Inggris. Diketahui, Astrazeneca dikembangkan di Oxford dan Staffordshire, di Inggris.
Juru bicara pemerintah mengatakan" Kami selalu berkomunikasi dengan produsen vaksin dan yakin jika suplai vaksin untuk Inggris tak akan terganggu. Kami telah memiliki perjanjian dengaan tujuh pengembang vaksin yang akan menjamin suplai vaksin terus bertambah di beberapa pekan ke depan."
Sedangkan Boris Johnson, Perdana Menteri Inggris, berpendapat jika Inggris akan mengalami kesulitan jika tetap bergabung dalam program vaksin Uni Eropa, dan tak memiliki skema sendiri.
"Saya berfikir kami mampu melakukan hal yang berbeda dan lebih baik. Tapi di masa awal ini, kami bergantung pada teman dan mitra, dan kami akan melanjutkan untuk bekerjsama dengan mereka, di Uni Eropa dan yang lain," katanya. (Gua)