Inflasi Kota Malang dan Kota Probolinggo Terhitung Rendah
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Sugeng, mengatakan, dari sisi inflasi di wilayah kerja Bank Indonesia Malang terdapat dua kota yang dihitung Indeks Harga Konsumen (IHK) nya oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Yaitu Kota Malang dan Kota Probolinggo.
Tahun 2018 inflasi Kota Malang tercatat 2,98 persen (yoy) dan Kota Probolinggo mengalami inflasi 2,18 persen (yoy). Inflasi kedua kota ini lebih rendah dari realisasi inflasi nasional yang mencapai 3,13 persen (yoy).
"Realisasi inflasi yang rendah dan terkendali tersebut tidak lepas dari peran pemerintah daerah dan sinergi berbagai pihak yang bernaung dalam forum TPID," katanya dalam sambutan Serah Terima Jabatan (Sertijab) Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang di Harris Hotel & Convention, Malang, Senin, 14 Januari 2019.
"Tanpa sinergi, kami rasa sulit untuk melakukan pengendalian inflasi secara optimal," imbuhnya.
Sugeng menjelaskan, untuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil perlu dilakukan berbagai langkah. Seperti peningkatan produksi untuk menjaga pasokan, perbaikan rantai distribusi, dan peningkatan kerja sama antar daerah untuk memastikan volatilitas harga tidak terlalu tinggi.
"Risiko tekanan inflasi inti di tahun ini antara lain karena adanya pelaksanaan Pilpres dan Pileg 2019," ungkapnya.
Sementara itu, tekanan inflasi administered prices diperkirakan rendah akibat minimalnya penyesuaian harga dari Pemerintah. Sementara tekanan inflasi volatile foods akan sejalan dengan pola seasonal-nya.
Di sisi lain, Sugeng menyebutkan setidaknya terdapat 3 tantangan bagi perekonomian di wilayah kerja Bank Indonesia Malang. Pertama, keterbatasan kemampuan industri untuk menyerap tenaga kerja sebagai dampak pelemahan ekonomi global.
Berikutnya, concern terhadap kinerja industri dan pertanian tidak bisa dipisahkan dari perkembangan infrastruktur yang ada. Dan yang terakhir, masalah tata niaga komoditas bahan pangan yang masih belum efisien.
Untuk mendukung akselerasi ekonomi dan menghadapi tantangan tersebut terdapat tiga potensi pengembangan wilayah yang dapat diprioritaskan. Selain, pengembangan sektor pariwisata sebagai new source of growth atau sumber pertumbuhan ekonomi baru yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja sektor riil.
Prioritas selanjutnya, mendorong investasi yang dapat menopang tersedianya infrastruktur pendukung yang dapat meningkatkan nilai tambah produk pada sektor utama. Kemudian, Malang Raya ke depan diharapkan dapat menjadi hub untuk perdagangan di wilayah Kawasan Tengah Selatan (Katesa) Jawa Timur, sehingga mampu menjaga kestabilan harga kebutuhan di kawasan.