Industri Tahu Tropodo Krian Diklaim Tak Penuhi Standar
Proses produksi pembuatan tahu di sentra tahu Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, dinilai masih jauh dari standar pengelolaan industri. Utamanya, industri pembuatan makanan yang mengutamakan kebersihan.
Sekilas diamati, tempat yang digunakan sebagai industri pembuatan tahu ini langsung bisa dicap tak layak. Atapnya banyak yang berlubang. Tak ada dinding penyekat polusi di ruang produksi. Juga, tumpukan sampah yang digunakan sebagai bahan bakar berdekatan dengan ruang produksi.
"Parahnya lagi, pengolahan tadi keliatan itu bleknya karaten sangat tidak higienis," kata Kepala Bidang Industri Non Agro Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jawa Timur, Bagas Yulistyati, usai melakukan sidak di salah satu industri.
Selain itu, ia juga menyoroti terkait sanitasi yang sangat tidak sesuai karena aliran dari produksi kembali ke tempat awal.
"Kalau di produksi pangan itu kan ada namanya good manufacturing process (GMP). Nah di dari tadi saya liat-liat beberapa industri sanitasinya ini tidak benar. Cara pengalirannya sangat tak karu-karuan karena kembali lagi ke awal," imbuh wanita yang akrab disapa Bagas.
Terkait langkah yang diambil. Ia enggan menjawab secara rinci karena masih akan didiskusikan dengan Kepala Disperindag Jatim dan Disperindag Sidoarjo yang memiliki wewenang mengelola industri kecil.
Sedangkan saat disinggung terkait pembuatan sentra industri baru. Bagas mengatakan sebenarnya ada beberapa tempat yang disediakan bahkan lengkap dengan fasilitas penunjang seperti gas, air, listrik. Namun, ada biaya yang dibebankan kepada pengguna.
"Sebenarnya kan industri seperti ini harus ditempatkan di sentra industri yang itu sudah ada fasilitas penunjangnya. Tapi ya itu harus bayar. Apakah warga mau? Karena kan di sini masalah utamanya adalah ekonomi," ungkapnya.
Karena itu, hasil sidak hari ini akan dibawa ke pimpinan untuk segera dicarikan jalan keluar agar tidak semakin memperparah keadaan banyak orang.
Sentra industri pembuatan tahu di Desa Tropodo Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo menjadi sorotan nasional, bahkan internasional. Desa yang sudah lawas menjadi sentra tahu menjadi sosrotan karena pembuat tahu memanfaatkan sampah plastik untuk bahan bakar memasaknya.
Akibatnya, muncul gangguan lingkungan, di antaranya seperti pencemaran udara dan cemaran dioksin. Akibatnya warga sekitar mengalami gangguan kesehatan. Pun hewan piaraan warga seperti ayam. Telurnya diklaim mengandung cemaran dioksin tertinggi kedua di dunia.
Para peneliti dari jaringan kesehatan lingkungan global The International Pollutants Elimination Network (IPEN) bersama Asosiasi Arnika dan beberapa organisasi lokal merilis laporan Plastic Waste Poisons Indonesia's Food Chain dan tersiar menjadi informasi ini di sejumlah media.
Dalam penelitiannya yang dilakukan di Tropodo, Sidoarjo, Jawa Timur, itu, menyatakan bahwa telur dari ayam kampung yang mencari makanan di sekitar tumpukan sampah plastik memiliki tingkat kontaminasi dioksin terparah di dunia.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa telur yang dikumpulkan para peneliti dari masyarakat di Tropodo, Sidoarjo, ditemukan mengandung bahan kimia seperti dioksin dan asam perfluorooctanesulfonic (PFOS).
Dioksin bisa menyebabkan berbagai penyakit pada manusia seperti kardiovaskular, kanker, diabetes, dan endometriosis, sedangkan PFOS menyebabkan kerusakan sistem reproduksi dan kekebalan tubuh.