Industri Pariwisata Semakin Jadi Idola di Tahun 2018
Industri pariwisata semakin jadi idola di tahun 2018. Pariwisata diyakini menjadi sektor yang semakin seksi sekaligus menantang. Ini disebabkan karena terjadinya pergeseran gaya hidup masyarakat serta kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut pengamat ekonomi dan pasar modal PT Perusahaan Pengelola Aset Kapital, Ferry Latuhihin mengatakan, pariwisata akan menjadi salah satu motor penggerak bisnis Indonesia pada tahun ini.
"Sektor yang seksi sebenarnya di Indonesia ini adalah tourism, dan sektor ini akan menjadi idola di tahun 2018," kata Ferry dalam sebuah kesempatan.
Ferry menambahkan, pariwisata memiliki potensi yang paling menunjang dibanding sektor lain. Sektor manufaktur serta pertanian tetap prospektif, tapi pertumbuhan manufaktur turun. Namun, imbuhnya, semua pemangku kepentingan harus serius menata industri pariwisata. Semua sumber daya dan strategi harus dikerahkan. Salah satunya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Kata Ferry, hal itu sejalan dengan imbauan Presiden Jokowi. Dalam sebuah acara di Hotel Raffles, Jakarta, November 2017 lalu, Presiden Jokowi menilai bahwa era digital membuat pola konsumsi masyarakat bergeser. Menurutnya, era digital membuka peluang besar terhadap industri pariwisata dan gaya hidup.
Saat itu Presiden Jokowi memaparkan, digitalisasi menyebabkan pergerakan pola konsumsi dari belanja barang ke pengalaman. Pengalaman didapatkan melalui kegiatan berwisata dan memenuhi kebutuhan untuk gaya hidup lainnya.
"Pergeserannya dari belanja barang ke wisata. Dari belanja barang ke hiburan,” ujar Jokowi saat itu.Kebiasaan masyarakat yang melakukan swafoto juga berkontribusi meningkatkan gairah di sektor pariwisata. Banyak lokasi wisata di Indonesia, seperti Labuan Bajo dan Raja Ampat, makin kondang berkat swafoto yang diunggah ke media sosial.
"Sekarang orang suka selfie dan fotonya bisa langsung viral ke seluruh dunia. Sudah banyak yang membicarakan destinasi wisata di Indonesia karena internet tidak kenal batas dan jarak. Sekali viral langsung bisa ke seluruh dunia," tutur Jokowi.
Para pelaku usaha pariwisata juga harus jeli menangkap peluang. Salah satunya tentang tren masyarakat kelas menengah yang gemar berlibur.
"Jumlah wisatawan internasional juga sudah meningkat 25 persen tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Jokowi.
Jokowi menambahkan, pemerintah sedang gencar membangun infrastruktur agar konektivitas antarwilayah makin mudah. "Infrastruktur daerah dikembangkan sehingga daerah semakin mudah dan murah untuk dijangkau," terang Jokowi.
Di sisi lain, keberadaan generasi milenial dalam mendongkrak industri pariwisata juga tak bisa dipandang sebelah mata. Mereka tidak hanya berlibur, tapi juga berani membuat destinasi wisata baru.
Saat ini, segmen 'leisure' terus tumbuh seiring dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang menjadikan liburan sebagai kebutuhan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur, M. Soleh, mengatakan bahwa leisure economy mendongkrak tumbuhnya bisnis penginapan. Banyak guest house, apartemen, maupun rumah dengan harga miring ditemukan di aplikasi perjalanan.
”Saat ini, untuk okupansi hotel yang paling bagus masih bintang lima sebab persaingannya tidak sesengit dengan hotel di segmen lainnya,” kata Soleh.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo tak memungkiri peran penting industri pariwisata dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Secara khusus, Soekowardojo memuji strategi Gubernur Sulut Olly Dondokambey yang tidak kenal lelah membangun industri pariwisata.
“Program Pak Gubernur Olly Dondokambey dengan target wisatawan mancanegara, khususnya turis dari Tiongkok, sangat berpengaruh terhadap pergerakan roda ekonomi Sulut,” kata Soekowardojo.
Selain pariwisata, dia menyebut sektor investasi bakal menggerakkan perekonomian Sulut. "Kami optimistis 2018 akan lebih baik. Prediksi pertumbuhan ekonomi 2018 bisa berada di angka 6,4 sampai 6,8 persen,” kata Soekowaedojo.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh Indonesia untuk mengembangkan pariwisata pada tahun 2018.
"Pengembangan destinasi kita (Indonesia) dalam hal enviromental sustainability. Selain itu tantangan selanjutnya di tahun 2018 adalah digital tourism," ujar Menpar Arief.
Menurutnya, ada tantangan selanjutnya untuk mengembangkan pariwisata adalah regulasi pemerintah. Arief menyebut ada 42.000 regulasi yang menyulitkan pengembangan pariwisata.
"Challenge lainnya adalah digital tourism. Itu yang sudah dibicarakan di forum UNWTO," kata Arief.Menurutnya, tantangan-tantangan tersebut akan coba dihadapi oleh Indonesia. Pasalnya, lanjut Arief, Indonesia memiliki Presiden Joko Widodo yang konsentrasi di sektor pariwisata.(*)