Industri Besar Festival Crossborder Nunukan
Kapasitas besar mesin ekonomi dimiliki Festival Crossborder Nunukan 2018. Event ini mampu menggerakan perekonomian Nunukan dengan omset miliaran rupiah. Memiliki potensi besar, wajar bila venue festival dipenuhi banyak booth dan semuanya sold out.
Energi dan optimisme perekonomian ditiupkan dari venue Festival Crossborder Nunukan 2018. Lokasi event ini ada di GOR Dwikora, Sei Sembilan, Nunukan, Kalimantan Utara.
Konsepnya menggabungkan expo dengan entertainment dan dirilis 20-21 Oktober 2018. Namun, mesin bisnis sudah berputar sehari jelang event. Venue sudah dipenuhi pedagang dan pengunjung hingga memunculkan banyak transaksi.
“Eventnya memang lebih ramai tahun ini. Masyarakat sangat terbantu secara perekonomian dengan bergulirnya Festival Crossborder Nunukan 2018 ini,” ungkap Kabid Pemasaran dan Ekonomi Kreatif Disparpora Nunukan, Rasna.
Festival Crossborder Nunukan 2018 sejatinya puncak rangkaian HUT Kabupaten Nunukan ke-19. Dan, magnet kuat memang diciptakan festival ini. Seiring bergulirnya festival, transaksi event keseluruhan sudah berada di level angka Rp1,5 Miliar. Rasna menambahkan, jumlah transaksi diperkirakan akan terus bertambah.
“Kalau di total, nilai transaksinya sudah ada di angka Rp1,5 Miliar. Ini nilai yang besar untuk Nunukan. Kenaikannya memang signifikan begitu event ini digulirkan. Angka ini akan terus naik,” lanjutnya lagi.
Menjadi ruang bisnis, Festival Crossborder Nunukan 2018 total menyediakan 92 booth. Rinciannya, ada 17 booth yang dikhususkan bagi UMKM di Nunukan.
Booth milik UMKM disediakan Kemenpar bagi semua kecamatan yang ada di Nunukan. Untuk booth display produk jumlahnya 35. Ada juga 40 booth untuk kuliner. Jenis kuliner yang disajikan tradisional hingga modern.
“Jumlah booth tahun ini otomatis lebih banyak. Apalagi, ada bantuan booth dari Kemenpar. Yang jelas, penyelenggaraan event ini murni swadaya masyarakat,” jelas Rasna lagi.
Di luar UMKM untuk 17 kecamatan, publik dibebankan pembiayaan sewa booth. Digunakan sebagai operasional, setiap booth dibebani bujet Rp500 ribu.
“Masayarakat sudah bisa menghitung besar inkam yang akan didapat. Dan, transaksi memang berjalan cepat di festival ini. Mereka tidak keberatan untuk menyewa booth. Masyarakat minta dibuatkan keramaian. Namun, untuk UMKM itu gratis,” katanya.
Mendapatkan ‘wild card’ di booth UMKM, rapor besar dibukukan Permata Lumbis. Perwakilan UMKM dari Lumbis langsung membukukan transaksi sekitar Rp1,6 Juta hanya dalam waktu 4 jam.
Hasil dari penjualan 6 item produk Permata Lumbis. Produk mereka terdiri tas hingga tempat buah juga cucian. Untuk tas dibanderol Rp300 ribu hingga Rp700 ribu, lalu tempat buah Rp290 ribu sampai Rp370 ribu.
Prodak UMKM Permata Lumbis ini unik. Sebab, mereka terbuat dari engke kawat. Berupa kulit rumput khas daerah Nunukan, lalu dikombinasi dengan rotan dan kulit kayu. Pemasaran prodak mereka sudah menembus Kabupaten Malinau. Bagian Marketing Galeri Permata Lumbis Andin Nurul mengatakan, orderan untuk beberapa produk mengalir. (*)