Indonesiaku, Renungan Sehabis Tarawih
Lebih dari setahun kita menyaksikan penderitaan yang disebabkan oleh wabah Covid -19. Korbannya ribuan melanda seluruh negeri tidak pandang bulu. Wabah yang kejam, menelan banyak korban. Penyakit yang menebar ketakutan dahsyat seperti kekejaman Calon Arang.
Bencana alam datang silih berganti susul menyusul. Mulai dari gunung meletus, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir bandang entah apa lagi. Bahkan Siklon yang jarang kita dengar, tiba tiba melanda dan mengguncang Indonesia bagian Timur. Kebakaran terjadi dimana-mana, terakhir api besar membakar kilang minyak Balongan. Tercatat juga korban karena pesawat jatuh di Teluk Jakarta, puluhan korban meninggal mengenaskan.
Terakhir musibah yang menyayat hati , menyentuh emosi anak bangsa, 53 patriot gugur sebagai ksatria dan seorang perwira tinggi wafat ditembak oleh pengecut dari belakang. Korban yang tidak sia-sia, karena mereka berjuang demi negara dan kebesaran bangsanya.
Melalui jasa medsos kita mengetahui dengan cepat kapan dan dimana musibah dengan tragedi yang menyertainya. Tetapi hati hati, karena Medsos sering berubah menjadi etalase musibah ciptaan manusia yang tidak berbudi, arena hujat menghujat, saling ejek dan mengumbar kedengkian.
Di tengah situasi yang kadang membingungkan, ada yang memanfaatkan kesempatan di tengah kesempitan, mencoret Pancasila dan Agama dari pelajaran. Mereka itu pengecut, menggunting dalam lipatan. Padahal, Pancasila adalah wawasan dan ruh bangsa dan sumber energi kebangsaan, sedangkan agama adalah tuntunan moral yang menyertai perkembangan budaya dan peradabannya.
Moral dan moril bangsa sedang diuji, dapatkah kita keluar dari berbagai persoalan besar ini?. Pasti bisa, karena bangsa kita ditempa menjadi bangsa yang tangguh sejak era kolonial, pra-Kemerdekaan, revolusi fisik, berbagai pergolakan politik paska kemerdekan.
Kita adalah bangsa besar karena kita mempunyai ideologi bangsa dan bersikap sabar dan ulet serta karunia bumi dan lautan yang kaya.
Kita hadapi dengan hati dan pikiran jernih, semua itu adalah dinamika bangsa untuk menuju masa kejayaannya sebagai bangsa besar. Kita hadapi semua cobaan tersebut, berdiri bershaf shaf mengikuti komando Imam, “serius tetapi santai” seperti Salat Tarawih.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat Sosial Politik, tinggal di Jakarta.