Indonesia Tak Perlu Impor Beras
Kementerian Pertanian mengklaim Indonesia tidak perlu melakukan impor beras karena produksi Desember 2017 di lahan seluas 1,1 juta hektare menghasilkan 6 juta ton gabah kering giling atau 3 juta ton beras.
"Pemerintah Indonesia tidak perlu melakukan impor beras. Desember hingga Januari ini dapat dilihat, di berbagai daerah panen raya, termasuk di Gunung Kidul," kata Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian Momon Rusmono pada Panen Raya Padi Segreng di Bulak Dusun Melikan, Kecamatan Rongkop, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa, 9 Januari 2018.
Momon mengatakan capaian 3 juta ton beras mampu mencukupi kebutuhan nasional sebesar 2,6 juta ton aehingga masih surplus 0,4 juta ton beras. Peningkatan luas tanam musim kering Juli-Septemebr merupakan solusi permanen dari dampak upaya khusus (Upsus) Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dengan menyelesaikan rehabilitasi irigasi tersier 3,4 juta hektare.
"Pembangunan 2.278 unit embung damparit atau long storage, perluasan dan optimasi lahan 1,08 juta hektare," katanya.
Dia menjelaskan Kementan juga melakukan pengembangan lahan rawa 367 ribu hektare, mekanisasi dengan bantuan alsintan traktor, pompa, rice transplater, combine harvester 284.436 unit. Selain itu, pemerintah memberikan bantuan benih 12,1 juta hektare, pupuk bersubsidi 27,64 juta ton, serta asuransi usaha tani padi 1,2 juta hektare.
"Catatan Kementerian Pertanian pada Juli-September 2017 mencapai 1,1 juta hektare per bulan," katanya.
Ia mengatakan, hal ini naik dua kali lipat sebelum ada program upsus hanya 500 ribu hektare per bulan.
"Untuk Alokasi panen DIY yakni 31.712 hektare dan alokasi panen di Gunung Kidul sebanyak 21.073 hektar," katanya.
Ia mengatakan dengan hasil panen ini menyediakan konsumsi untuk masyarakat. DIY termasuk menjadi penyangga utama produksi padi di Indonesia.Panen di Gunung Kidul mampu menyangga kebutuhan padi," katanya.
Wakil Bupati Gunung Kidul Immawan mengatakan panen di lahan seluas 25 hektare ini rata-rata produksinya mencapai 5,1 kg gabah kering giling (GKG). "Gunung Kidul potensial untuk mengembangkan padi," katanya. (ant/frd)