Indonesia Presidensi G-20, Fokuskan Penguatan Multilateralisme
Indonesia dijadwalkan menjadi Presiden G20 pada 2022. Itu akan melanjutkan keketuaan yang dipegang Italia pada tahun 2021 ini. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan, Indonesia akan mengedepankan penguatan multilateralisme di dalam kepemimpinannya itu.
Retno menjelaskan, penguatan multilateralisme itu akan diimplementasikan Indonesia dengan sejumlah langkah, seperti menciptakan kemitraan dengan multistakeholders (banyak pemangku kepentingan).
“Presidensi Indonesia akan dipergunakan untuk meningkatkan ketahanan dan stabilitas ekonomi, meningkatkan produktifitas, memastikan pertumbuhan yang sustainable (berkelanjutan-red) dan inklusif, dan menciptakan kemitraan dengan multistakeholders,” tutur Retno, dalam keterangan Rabu 30 Juni 2021.
Pengarahan KTT G20
Dalam presidensinya Indonesia juga berkeinginan agar G20 memiliki makna untuk seluruh negara di dunia, yang akan diperkuat dengan kepemimpinan kolektif global yang lebih kuat.
“Indonesia akan membawa obor keketuaan G20 dari Italia tahun depan. Multilateralisme akan terus diperkuat,” ungkap Retno Marsudi pada pengarahan pers usai KTT Para Menlu G20 di Bari, Italia, Senin 28 Juni 2021 siang waktu setempat.
“Sejalan dengan jatidiri bangsa Indonesia, semua itu akan kita lakukan secara inklusif. Indonesia ingin membuat G20 bermakna, tidak hanya bagi anggotanya, melainkan seluruh negara di dunia. Semua itu hanya akan dapat tercapai dengan cara memperkuat kepemimpinan kolektif global yang lebih kuat melalui dialog dan kemitraan antara G20 dengan negara-negara berkembang dari berbagai kawasan. Baik itu Afrika, Pasifik, Karibia, dan kawasan lainnya,” ucap Retno Marsudi.
Saat ini Indonesia merupakan bagian Troika G20 bersama Italia dan Arab Saudi. Pertemuan para Menlu di Italia pekan ini mengambil tema “People, Planet and Prosperity”.
Dua isu besar dibahas dalam pertemuan yang berlangsung untuk pertama kalinya secara fisik tersebut yaitu, multilateralisme dan pemerintahan global dan Afrika.
Gelar Pertemuan di Matera, Italia
Pertemuan fisik pertama pada Presidensi Italia itu, membahas dua isu utama yaitu terkait multilateralisme dan pemerintahan global dan Afrika. Indonesia menilai peningkatan komitmen multilateral perlu dilakukan di tengah pandemi COVID-19, khususnya terkait kerja sama vaksin.
“G20 harus dapat berfungsi sebagai katalis untuk memperkuat multilateralisme, dan mengirim pesan tunggal bahwa dunia harus maju bersama. Saya berikan contoh mengenai vaksin. Banyak negara mengatakan bahwa vaksin merupakan “global public goods”, maka yang diperlukan adalah meningkatkan komitmen multilateral,” ungkap Menlu Retno Marsudi.
Perkuat Komitmen Multilateral
Menurut Retno bagi Indonesia terdapat tiga hal yang dapat dijalankan oleh para anggota G20, untuk memperkuat komitmen multilateral saat ini.
“Yaitu melakukan dosis sharing lebih banyak lagi melalui COVAX, mendukung TRIPS waiver melalui WTO dan menyediakan pendanaan untuk menutup kekurangan dana ACT-A (The Access to COVID-19 Tools-red) Accelerator,” papar Retno.
Dikatakan, penguatan komitmen multilateral juga berkaitandengan kerja sama di bidang perdagangan.
“Contoh lain yang saya berikan adalah dalam hal perdagangan, pada saat kita bicara perdagangan untuk pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan yang harus dicapai adalah pertumbuhan yang inklusif atau inclusive growth yang dinikmati semua negara. Saya tekankan pentingnya mengesampingkan perbedaan dan mengatasi perbedaan secara damai,” tambah Retno.
Secara khusus Menlu RI turut menyoroti diperlukannya revitalisasi institusi multilateral di dalam tubuh G20.
“Sehingga, lebih responsif dan adatif terhadap perubahan lebih memperhatikan proses pengambilan keputusan yang “equitable” (adil-red). Sehingga, menjadi lebih relevan dengan perkembangan dunia yang sangat cepat,” tegasnya.
Peningkatan Kapasitas Afrika
Isu mengenai Afrika juga menjadi fokus dalam pertemuan para Menlu G20 di Italia.
Indonesia menilai kemitraan untuk peningkatan kapasitas Afrika dalam memproduksi vaksin di kawasan, merupakan salah satu hal krusial yang perlu didukung oleh G20.
“G-20 harus dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi Afrika untuk mencapai target-target SDGs (Pembangunan Berkelanjutan-red). Saya memberikan contoh bahwa prioritas yang diperlukan Afrika saat ini adalah vaksinasi. Termasuk, melalui the Partnership for Africa Vaccine Manufacturing Initiative. Ini adalah inisiatif yang diluncurkan Uni Afrika pada bulan April 2021. Beranjak dari keprihatinan karena proporsi Afrika dalam total pelaksanaan vaksinasi global sangat kecil, kurang dari 2%,” terang Retno Marsudi.
“Karenanya, melalui inisiatif ini, Uni Afrika membuka peluang kerjasama dan kemitraan untuk meningkatkan kapasitas Afrika dalam memproduksi vaksin di kawasan,” tuturnya lagi.
Advertisement