Indonesia Pertama Kali Terima Vaksin Covovax
Indonesia untuk pertama kalinya menerima kedatangan vaksin Covid-19 merek Covovax, pada Sabtu 27 November 2021. Vaksin yang diterima sebanyak 134.500 dosis dalam bentuk jadi dari total 10 juta dosis.
Kedatangan tahap ke-135 ini menjadikan Indonesia memiliki stok lebih dari 317 juta dosis dari kebutuhan 412 juta. Ini untuk memperkuat program vaksinasi nasional guna mencapai herd immunity.
Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan, Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, pemerintah menargetkan vaksinasi dosis pertama mencapai 75 persen dan dosis dua sebesar 65 persen pada akhir tahun.
Vaksin Covovax Disebut Penangkal Varian B.1.1.7
Maxi menjelaskan, vaksin Covovax merupakan vaksin dengan platform protein sub unit, yakni dengan protein yang direkayasa dari urutan genetik SARS-CoV-2 dan ditambahkan matriks m berbasis saponin.
"Berdasarkan data diperoleh Kemenkes, tingkat keamanan dan efikasi dari vaksin dalam mencegah Covid-19 sebesar 89,7 persen terhadap virus Alpha atau B.1.1.7 dan 96,4 persen terhadap virus varian non B.1.1.7," katanya.
Pada hari yang sama, Indonesia juga menerima vaksin tahap ke-132, 133, dan 134 dengan jumlah mencapai lebih dari 3,5 juta dosis. Rinciannya, untuk tahap ke-132, sebanyak 1.302.600 dosis vaksin AstraZeneca tiba pukul 17:15 WIB, disusul kedatangan tahap ke-133 sebanyak 727.740 dosis Pfizer pada pukul 21:00 WIB, dan tahap ke-134 sebanyak 1.404.000 dosis vaksin AstraZeneca pada pukul 22.10 WIB.
Adapun penyediaan vaksin dilakukan melalui beberapa strategi, yakni bilateral, multilateral, serta eksplorasi dari kemampuan produksi dalam negeri. Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Plate menegaskan, pemerintah belum akan berhenti berupaya memenuhi kebutuhan percepatan vaksinasi.
Pada kesempatan yang sama, Johnny juga mengajak masyarakat untuk segera lakukan vaksinasi demi melindungi diri dan mengurangi risiko sakit berat jika terinfeksi.
"Pemerintah menegaskan bahwa seluruh vaksin Covid-19 yang digunakan ini aman dan berkhasiat," katanya.
Johnny menegaskan, banyaknya merek vaksin yang beredar bukan berarti masyarakat bisa memilih merek tertentu. Namun, hal itu menjadi wujud strategi pemerintah untuk memenuhi stok kebutuhan vaksin secepat mungkin, serta menghindari risiko kehabisan stok.
Saat ini, ada 11 jenis vaksin Covid-19 yang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang bisa menjadi opsi dalam pelaksanaan vaksinasi dosis ketiga atau booster pada 2022 mendatang.
"Bersamaan dengan itu, pemerintah tak lupa mengingatkan kepada masyarakat untuk tetap menjaga protokol kesehatan, termasuk membatasi mobilitas dalam rangka mencegah terjadinya lonjakan kasus," ujar Johnny.