Indonesia Perlu Tiru Starbucks dan Timur Tengah soal Kopi
ngopibareng.id – Kopi Indonesia memiliki cirri khas tersendiri di mata dunia. Tengok saja seperti kopi jenis Robusta, Arabika, dan Luwak. Bahkan, kopi Priangan asal kota Bandung saja dinobatkan sebagai kopi termahal di dunia.
Besarnya potensi kopi Indonesia bisa mendunia hal ini seharusnya bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah dengan cara menggenjot ekspor salah satu komoditas perkebunan kopi. Pengamat Pertanian Hermanto Siregar mengatakan hampir semua negara menerima beragam jenis kopi Indonesia. Sehingga, pemerintah Indonesia harus semakin mendorongnya agar dikenal di mata dunia, baik dari segi ekspor maupun ekspansi pembukaan kedai kopi di dalam dan luar negeri.
Untuk pembukaan gerai kopi baru di dalam maupun luar negeri, pemerintah Indonesia bisa mempelajari model penjualan yang diterapkan oleh kedai-kedai kopi level dunia seperti Starbucks dan The Coffee Bean & Tea Leaf. Akan tetapi dengan catatan harga yang dipatok di dalam negeri pun harus bisa bersaing.”Pemain kita harus bisa ikuti standar Starbucks atau Coffee Bean, tapi dengan harga yang lebih bersaing,” ujarnya Hermanto Siregar disadur Okezone.
Masih kata Hermanto, di negara di Timur Tengah saat ini sudah menjajaki cita rasa kopi Indonesia, dan semakin dikembangkan oleh pemerintah Indonesia dengan cara pembukaan kedai kopi yang menyesuaikan dengan cita rasa khas budaya di sana.
“Ada gaya unik cara menikmati kopi ala Timur Tengah yaitu mereka nimum kopi dicampur rempah tertentu agar memilki bau cirri khas tersendiri. Hal itu yang harus dipelajari jika gerai kopi Indonesia ingin masuk ke sana menyusaikan gaya minum kopi ala Timur Tengah agar dapat dikembangkan biar bisa cepat diterima. Dan dari segi harga cukup bersaing,” ujar Hermanto yang dikutip Okezone.
Kemudian untuk negara tujuan yang akan disasar untuk ekspor biji kopi, sambung Hermanto, negara dengan penduduk terpadat di dunia yakni China dan India bisa menjadi andalan. Seperti diketahui, total penduduk China mencapai 1,4 miliar, sedangkan India 1 miliar.
“China memang secara budaya acara minum teh tapi dengan lokalisasi nanti mereka mudah meniru. Dua negara itu katakan 50 persennya doyan minum kopi, pasarnya luar biasa itu buat Indonesia. Kalau enggak kita manfaatkan ya rugi, itu harus dikejar,” tuturnya. (wsn)