Indonesia, Mediator Konflik Israel - Palestina?
Sebuah suratkabar nasional memuat pernyataan mantan Wapres Yusuf Kala bahwa Indonesia potensial menjadi juru damai Israel dengan Palestina. Syaratnya Indonesia harus memperkuat hubungan sosial dan perdagangan dengan kedua pihak yang bersengketa, sehingga mempunyai leverage (daya tekan) yang besar terhadap kedua belah pihak. (Kompas, 20 Agustus 2022).
Pernyataan Yusuf Kalla tersebut tepat sekali. Hubungan ekonomi (perdagangan) menguntungkan bagi Israel - Palestina.
Bayangkan turis Indonesia bisa berwisata atau berdagang langsung ke Israel - Palestina dengan mendarat di bandara Ben Gurion (Israel) atau mungkin bandara Ramallah (Palestina).
Syaratnya relatif mudah, Garuda diizinkan mendarat di bandara Ben Gurion atau Ramallah, sebaliknya El Al milik Israel bisa mendarat di Jakarta. Cukup kesepakatan konsuler antara Indonesia dengan Israel dan Otoritas Palestina. Sedang hubungan diplomatik menyusul kemudian setelah ada perdamaian diantara keduanya.
Hubungan ekonomi dengan Indonesia akan menambah rasa percaya diri bangsa Palestina dan bangsa Yahudi. Beberapa negara Arab yang sudah membuka hubungan diplomatik dg Israel yaitu Mesir, Yordania, Turki, Emirad Arab, Marokko dan Sudan. Beberapa negara Arab lain juga sudah membuka hubungan sosial - dagang dengan Israel misalnya Arab Saudi. Dengan demikian, hubungan dagang Israel - Indonesia bukan suatu hal yang tabu, berbeda dengan 10 tahun lalu.
Berpeluang Besar
Di antara negara negara Muslim, Indonesia mempunyai peluang besar sebagai mediator. Negara Arab terkemuka seperti Mesir dan Arab Saudi sulit bisa menjadi mediator, karena sering dituding merugikan rakyat Palestina. Demikian juga dengan Turki, meskipun menjalin hubungan diplomatik sejak 1949 tetapi mengalami pasang surut sebagai dampak dari pergantian rezim.
Kondisi geopolitik Timur Tengah menjadi faktor penting yg dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Sebabnya konflik Arab - Israel melibatkan juga Syria dan Iran. Syria bersikap keras terhadap Israel, sepanjang tidak ada solusi atas wilayahnya di Golan yg diduduki Israel dalam perang 1967 dan 1973. Iran menjadi ancaman Israel, selain sedang membangun kekuatan nuklir, juga kemampuan militernya terkuat di kawasan Timur Tengah.
Oleh karena itu tidak akan ada perdamaian tanpa keterlibatan kedua negara tersebut. Syria membantu Jihad Islam di Gaza, sedang Iran membantu Hamas di Gaza dan Hizbullah di Libanon Selatan. Hizbullah di Libanon Selatan yang didukung Syria dan Iran senantiasa menghantui wilayah Israel Utara.
Hampir seluruh negara Arab mempunyai hubungan yang kurang mesra dengan Iran. Demikian juga dua negara Arab terkemuka yaitu Mesir dan Arab Saudi sering berseberangan dengan Syria dan Iran khususnya dalam konflik Libanon. Arab Saudi konflik dengan Iran sejak era Khomeiny dan terakhir konflik Huthy di Yaman.
Sedang Indonesia mempunyai hubungan yang baik dengan Iran dan Syria. Disamping itu, Indonesia juga sangat penting bagi Israel. Sebab , kepentingan yang vital bagi negara Yahudi itu adalah adanya “ jaminan keamanan Israel “ yang dikelilingi oleh negara- negara Arab.
Demikian juga bagi rakyat Palestina. Sekalipun Mesir, Syria, Yordan dan Libanon mendukung perjuangan rakyat Palestina, tetapi rakyat Palestina pernah mengalami pengalaman pahit, terusir dari negara Arab tersebut. Dengan demikian kehadiran Indonesia dalam proses damai di Timur Tengah menjadi sangat bernilai bagi bangsa Palestina.
DR KH As'ad Said Ali
Pengamat sosial politik, tinggal di Jakarta.