Wafat Sehari Setelah Dijenguk Presiden
Malang: Telah meninggal KH Ahmad Hasyim Muzadi pada usia 72 tahun, pada Kamis (16/3) pagi. Kondisi kesehatan mantan Ketua PBNU tersebut menurun sehingga menjalani perawatan di Cardiovaskuler Care Unit (CVCU) Rumah Sakit Lavalette, Kota Malang. Berbagai kalangan telah menjenguk anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu.
Presiden Jokowi beserta Ibu Negara Iriana kemarin sempat mejenguk da mendoakan KH Hasyim Muzadi di kediaman. Tetapi Allah berkehendak memanggilnya pulang. KH Hasyim telah pulang ke rumahnya yang abadi.
Sebelumnya, Hasyim Muzadi sempat menjalani perawatan di rumah sakit yang sama selama sepekan sejak 6 Januari 2017. Setelah kondisinya stabil, pada 17 Januari Hasyim Muzadi diperbolehkan pulang dan beristirahat di kediamannya di Jalan Cengger Ayam Kota Malang.
Ahmad Hasyim Muzadi adalah mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, ia juga pernah menjadi pengasuh pondok pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur. Hasyim lahir di Tuban pada tanggal 8 Agustus 1944 dari pasangan H. Muzadi dengan istrinya Hj. Rumyati.
Hasyim menempuh jalur pendidikan dasarnya di Madrasah Ibtidaiyah di Tuban pada tahun 1950 dan menuntaskan pendidikannya tingginya di Institut Agama Islam Negeri IAIN Malang, Jawa Timur pada tahun 1969. Suami Hj. Muthomimah ini nampaknya memang terlahir untuk mengabdi di Jawa Timur.
Pria kelahiran Tuban, mengawali kegiatan organisasinya dengan berpartisipasi aktif dalam organisasi kepemudaan semacam Gerakan Pemuda Ansor (GP-Ansor) dan organisasi kemahasiswaan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) hingga akhirnya dia dipercaya menjadi pemimpin kedua organisasi tersebut.
Namanya mulai mencuat ke publik setelah pada tahun 1992, dia terpilih menjadi Ketua Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur yang terbukti mampu menjadi batu loncatan bagi Hasyim untuk menjadi Ketua PBNU pada tahun 1999.
Setelah itu, tercatat Hasyim pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di tahun 1999, dirinya terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) pada Muktamar ke-30 di Lirboyo, Kediri.
Pada pemilihan presiden tahun 2004, Hasyim Muzadi menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Capres Megawati Soekarnoputri Presiden RI Kelima (2001-2004). Namun langkahnya ini gagal menuai kemenangan. Setelah itu, dalam Muktamar NU ke-31 di Donohudan, Boyolali, Jateng, Hasyim kembali terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) setelah berhasil mengungguli secara mutlak para pesaingnya, termasuk KH Abdurrahman Wahid.
Sesuai ketentuan internal NU, seseorang hanya boleh menjabat Ketua Umum Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU dua periode berturut-turut. Sehingga dalam Muktamar NU ke-32 di Makssar, April 2010, dia digantikan Dr. KH Said Aqil Siradj, MA.
Sementara Hasyim Muzadi terpilih menjabat Wakil Rais Aam PBNU (2010-2015), bersama Dr. KH A. Musthofa Bisri mendampingi Ketua Rais Aam Dr. KH. M. A. Sahal Mahfudh. Sebagai ulama, sosoknya dikenal nasionalis dan pluralis. Apa saja yang dianggap perlu bagi agama, Indonesia, dan NU. (hrs)
Advertisement