Indonesia Butuh Partai yang Amanah
Apa itu partai politik? Rasanya anda akan salah total memahaminya. Jangan anda lihat semua partai politik yang ada hari ini adalah partai politik yang saya maksud. Bukan. Bukan seperti itu partai politik.
Yang jelas partai politik bukan tempat berkumpul orang-orang yang haus kekuasaan, namun tempat mereka berpikir membangun strategi perjuangan bangsanya. Partai politik bukan pula sekumpulan orang yang ketika kekuasaan ada ditangannya mereka menjadi pencuri uang rakyat dengan tiada hentinya. Bukan itu partai politik.
Partai politik adalah tempat sekumpulan orang yang berteriak ketika keadilan terluka, dan bersikap melawan ketika kebenaran tersisihkan dari muka bumi ini.
Dalam kajian Modern State, partai politik kerap dimaknai secara kering. Karena kering itulah maka wajah politik itu pun menjadi panas dan menyesakkan.
Lebih parah lagi, oleh sebagian orang yang tak paham makna generik partai politik, parpol hanya dipahami sebagai cara orang mendapatkan posisi atau jabatan, lalu mereka memperalat kekuasaan itu untuk merampok uang negara, menikmati fasilitas, sambil pura-pura berkata membela rakyat. Amsiong ini Maah.
Saya tidak perlu memberikan definisi akademis soal apa itu partai politik. Sebab siapa saja yang mau berkiprah dalam dunia politik haruslah baca aneka buku buku dari filsafat hingga ekonomi makro. Agama hingga sosiologi, kebijakan publik hingga psikologi sosial. Mengapa? Agar mereka bisa memiliki kemampuan berpikir di atas rata-rata publik berfikir.
Jadi dunia politik tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang, namun harus betul-betul orang yang punya otak. Punya sikap yang jelas, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk mengurus, memperbaiki dan membangun negaranya, bukan negara orang lain. Kalau ada orang yang mencintai bangsa lain atau menjadi kongsi bangsa lain, maka sejatinya dia adalah pengkhianat negara.
Negara dan Partai Politik
Telah lama rasanya kita sebagai bangsa membawa lari partai politik itu dari kehidupan negara. Maksudnya apa? Sedianya partai politik itu menjadi satu tubuh dengan negara. Mereka tidak boleh lari terlalu jauh dari sistem besar negara. Oleh karenanya, kehadiran partai politik itu haruslah diayomi oleh negara. Dikasih makan, dipelihara, dididik dan dibina serta mendisiplinkan.
Partai politik itu harus kita pahami sebagai negara kecil (small state) dimana sekumpulan orang itu berlatih mengelola perbedaan pikiran secara lebih beradab. Tempat persemaian calon-calon pemimpin bangsa yang akan mengurus negara. Oleh karena itu partai politik bukanlah habitat orang-orang bermental preman, bukan. Kalau itu dibiarkan, maka partai politik itu akan kehilangan nilainya dalam masyarakat.
Mengapa? Karena politik itu selalu berbasis pada kepercayaan masyarakat. Dalam nalar yang normal, masyarakat yang sehat tentu tidak akan mempercayakan amanahnya pada sekumpulan preman, bukan?
Disitulah orang-orang politik tidak dibenarkan menggunakan cara-cara premanisme untuk sekadar meraih kekuasaan dunia yang hakikatnya fana. Ingat itu. Mengapa? Karena di dunia saja mereka akan terhina, apalagi kelak di hadapan Allah Rabbul Izzati. Wallahua'lam.
Yakinlah bahwa harta yang diperoleh dengan cara-cara yang dilarang oleh hukum-hukum negara apalagi hukum-hukum Tuhan itu tidak akan pernah membuat damai hatinya. Partai-politik harus kukuh berdiri pada tugas utamanya, yakni membangun kader pemimpin bangsa untuk kemudian menghibahkan kader-kader terbaiknya untuk mengurus negara.
Karena negara berkepentingan akan sumber kepemimpinan yang baik dan terukur dalam mengurus negara kelak, maka sangat logis jika partai politik itu dibiayai oleh negara. Jika tidak maka ketua ketua partai politik akan mendorong kader-kadernya yang duduk dalam pos-pos kekuasaan negara menjadi perampok uang negara. Ini jelas bertentangan dengan spirit dasar partai politik sebagai wadah mendidik calon-calon pemimpin bangsa. Sejatinya begitulah cara normal kita berfikir membangun relasi yang tepat antara partai politik dengan negara, bukan?
Janganlah kita terbuai oleh teori-teori politik bangsa lain yang jauh dari spirit Ketuhanan Yang Mahaesa yang menjadi pandangan utama hidup kita sebagai bangsa dan negara. Kita ini bangsa yang hebat, namun kini miskin pemimpin yang hebat.
Mengapa? Karena para pemimpinnya tidak lagi percaya pada Pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsanya. Pancasila selalu dijadikan alat politik meraih kekuasaan, namun pada saat yang sama kita memberaki kepala Burung Garuda Lambang Negara kita itu. Akhirnya aroma negara kita menjadi tak sedap karenanya. Jadi saatnya kita butuh partai yang amanah guna mewangikan lagi negara kita.
Fathorrahman Fadli
(Direktur Eksekutif Indonesia Development Research/IDR, Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang)
Advertisement