Indonesia Alami Hujan Ekstrem, BRIN: Dampak Perubahan Iklim
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut jika Indonesia telah mengalami dampak dari perubahan iklim. Kondisi itu terjadi selama dua dekade, sejak 2001 hingga 2019. Salah satu bentuknya adalah musim hujan yang lebih panjang.
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin menyebut jika durasi musim hujan berlangsung lebih panjang di sejumlah wilayah.
Seperti di selatan Pulau Sulawesi, durasi hujan bertambah 49 hari. Sedangkan di Lampung dan barat Pulau Jawa, hujan berlangsung lebih panjang 12 hari. Dilansir dari Antara, sedangkan wilayah selatan Indonesia mengalami peningkatan hari kering.
Menurutnya, musim hujan terjadi dengan peningkatan hujan ekstrem. Sedangkan saat kemarau, hujan ekstrem justru sering terjadi di Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Hari-hari tidak hujan diproyeksikan meningkat di Kalimantan Tengah dan Selatan, seperti juga di Sumatera Selatan hingga Lampung. Sehingga, wilayah itu diprakirakan mengalami peningkatan kering yang signifikan.
Selain itu, hasil penelitian BRIN juga menemukan adanya perubahan temperatur signifikan di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.
Namun temperatur minimum mengalami penurunan di sebagian besar pantai utara Jawa Tengah, Jawa Timur, dan bagian tengah Jawa Barat. Sedangkan temperatur maksimum meningkat di sebagian besar pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Ditemukan pula penghangatan suhu di Laut Jawa bagian Utara Jakarta, serta suhu permukaan yang mendingin di laut China Selatan, sehingga menciptakan tekanan tinggi.
Perubahan iklim itu menyebabkan munculnya badai vorteks dan siklon tropis di selatan Nusa Tenggara Timur, menimbulkan hujan dan banjir di wilayah Madura dan Jawa Timur lainnya.
BRIN sendiri kini membangun model prediksi musim Decision Support System (DSS) Kamajaya. Aplikasi sistem kajian awal musim jangka madya berbasis model atmosfer. Data DSS Kamajaya kemudian dikembangkan untuk mendukung riset atmosfer dan aplikasinya.
Namun ke depan, Erma menyebut jika dibutuhkan model prediksi cuaca resolusi tinggi dan spasial untuk mencakup wilayah yang luas. Sekaligus kebutuhan edukasi masyarakat secara komprehensif, untuk mengantisipasi risiko kebencanaan akibat badai vorteks dan siklon tropis.
Selain itu, Indonesia juga perlu membangun Weather Ready Nation yang merupakan upaya memaksimalkan peringatan dini terhadap kejadian vorteks guna memastikan jalur koordinasi dan komunikasi di daerah untuk meminimalisir dampak perubahan iklim.